25. Pertemuan Tak Disengaja

En başından başla
                                    

"Nanti papi isiin shopeepay kamu deh," bujuk Sadam.

Mata Meisya terbuka lebar. "Sepuluh juta ya, pi?" cengir Meisya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan dalam kesempitan

"Lima belas juta," Sadam terkekeh melihat anaknya yang langsung bangun setelah mendengar sogokan yang ia tawarkan. "Apa sih yang engga buat anak papi, hm?"

"Makasih papi!!!" Meisya memeluk papinya erat. Meisya benar-benar merasa beruntung mempunyai papi seperti Sadam yang tidak pernah perhitungan soal uang. Lagi pula kenapa harus perhitungan. Sadam capek kalau harus hitung uang. Karena uangnya terlalu banyak.

"Ya udah ayo, kasihan mereka udah nunggu." Sadam merangkul pundak anak gadisnya dengan penuh kasih sayang. Umur anaknya boleh bertambah tapi sebagai seorang ayah, di mata Sadam Meisya tetap putri kecilnya yang begitu ia sayangi dan tidak boleh dilukai oleh siapapun.

"Meisya?!" ucap Andin heboh. "Ya Tuhan ini anak kalian?" Andin buru-buru menghampiri Meisya lalu memeluknya erat.

"Tante kangen sama kamu, kok ngga pernah main lagi sih, Sya?"

Sama terkejutnya, Meisya yang baru saja bangun tidur ditambah dengan pertemuan tidak terduga ini mejadi agak linglung. "Tante Andin?" Meisya melirik papi dan maminya. "Tante Andin sama om Anton temen papi sama mami?"

"Iya, ini temen papi. Jadi kamu udah kenal?"

Tau gitu gue dandan yang cantik! Udah penampilan kaya gembel gini. Di bibir gue ada ilernya ngga ya? Batin Meisya gelisah.

"Duduk dulu, duduk dulu, biar ngga pusing," kata Anton menginstruksi mereka. "Jadi Meisya, om Anton sama tante Andin ini temen lama papi sama mami kamu. Om juga ngga nyangka," jelas Anton membuat Meisya mengangguk paham. Ia melirik ke arah Alan yang terlihat tidak peduli. Sedangkan di samping Alan, ada Aksa dan Erlang yang cengengesan tidak jelas.

"Dam, anak lo udah pernah main ke rumah gue. Katanya dia pacaran sama A..."

"Temen, pa," koreksi Alan cepat. Ia tidak ingin semua orang salah paham. "Alan sama Meisya cuma temen satu sekolah, bukan pacar."

Sadam mengangguk paham. "Wah ngga papa temenan dulu. Semua emang berawal dari temen. Ya ngga bro?" kekeh Sadam menatap Anton yang juga ikut tertawa.

"Iya, ya, kita doain aja semoga anak kita jodoh."

AMIIN YA ALLAH!!!!

Alan yang sedang minum langsung tersedak mendengar penuturan papanya. "Pa, jangan aneh-aneh," protes Alan. Namun tidak dipedulikan oleh Anton.

"Ya gitulah, Dam. Anak gue emang datar banget," kata Anton menggeleng heran.

"Eh pantesan, tadi tante mau nyapa kamu takut salah orang. Ternyata kamu Alan yang pernah nganterin Meisya pulang," celetuk Meca. Alan hanya membalas dengan tersenyum tipis ke arah Meca.

"Oh udah pernah nganter Meisya sampe rumah juga toh?" goda Sadam sembari melirik Meisya jahil. Membuat gadis itu mencubit lengan papinya.

"Papi ih!"

"Makan dulu yuk, nanti lagi ngobrolnya," ajak Andin ketika melihat semua makanan yang mereka pesan sudah datang.

"Kak cantik, kapan mau ke rumah Aksa lagi?"

Meisya tersenyum lebar pada Aksa. "Emm...tanya ke bang Alan deh."

Oke, Sya. Jawaban yang bagus.

"Bang Al, bang Al, kapan bawa kakak cantik ke rumah?"

"Kapan-kapan," jawabnya cuek.

"Nanti kak Meisya diajak tinggal di rumah sekalian dinikahin sama bang Al yul," sahut Erlang santai.

ALAN [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin