24. Rencana Makan Malam

Start from the beginning
                                    


"Bang Al sama bang...." Aksa pura-pura lupa dengan nama Erlang. "Bang Al, itu yang lagi duduk di pojokan kaya cicak nempel di tembok siapa sih namanya?"

Erlang menatap tajam Aksa. "Heh, yulpong, sok cakep amat lo sampe ngga tau gue siapa!"

"Bang Al, kok dia bisa ngomong?" Aksa pura-pura terkejut. Ia langsung memeluk Alan yang tengah memasang jam tangan.

"Aksa, lepas dulu, bang Al habis ini mau make sepatu." Alan mengusap puncak kepala adiknya dengan lembut. Aksa menurut, ia melepaskan pelukannya.

"Ngapain lo kesini?"

"Kepo!" cuek Aksa. Ia merebahkan tubuhnya di kasur setelah membuang bungkus es krim ke tempat sampah di kamar Alan. "Kamu juga ngapain di sini? Ini kan kamar abangnya aku?" Aksa menatap Erlang kesal dengan pipi menggembung lucu.

"Abang lo abang gue juga."

"Bang Al, dia adiknya bang Al?" teriak Aksa bertanya. Membuat Erlang semakin geram. Sepertinya tembok permusuhan antara Aksa dan Erlang semakin tinggi.

"Dih, pake nanya."

"Hm," jawab Alan.

"Oh kirain adeknya bang Al, cuma Aksa. Pasti dia adek pungut ya bang Al?"

Alan menghela napas. "Ngga boleh gitu Aksa, dia bukan adek pungut."

"Terus adek apa?" Mata Aksa mengerjap polos. Ia menunggu jawaban dari Alan.

"Adek dakjal," jawab Alan sembari melirik Erlang sinis.

Erlang berdecak. Ia sangat jengkel dengan abang dan adiknya yang sangat kompak menghina dirinya. "Ya Allah lama-lama gue bisa depresot kalo ditindas kaya gini. Gue berasa jadi bawang bombay yang dijahatin bawang merah sama emak tiri."

"Bawang putih!" sungut Aksa memprotes tapi Erlang terlihat tidak peduli ia hanya menjulurkan lidahnya ke Aksa.

"Bang Al, lo pelit banget sih ngga mau minjemin gue sepatu," Erlang kembali merengek. Sedari tadi, ia di kamar Alan memang untuk meminjam sepatu Alan. Tapi tidak Alan kasih.

Aksa menahan tawanya saat Alan tidak merespon ucapan Erlang. "Ganteng doang, sepatu minjem," sindir Aksa.

"Astagfirullah, untung gue ganteng." Erlang merebahkan tubuhnya di samping Aksa. Memeluk guling. "Jadi gue sabar."

Andin menggeleng heran. Melihat dua anaknya yang malah rebahan. Sementara satunya sibuk bermain ponsel. "Ya ampun, mama tadi nyuruh Aksa kesini buat manggil kalian. Eh malah asyik rebahan. Papa sama mama udah nunggu kalian di bawah dari tadi."

"Ini ma, bang Al ngga mau minjemin Er sepatu," kata Erlang mengadu. Dasar tukang ngadu.

"Sepatu kamu kemana? Kan ada banyak?"

"Bosen, ma," celetuk Erlang.

"Pake sepatu punya kamu sendiri cepet! Atau sekalian nyeker aja kalo ngga mau make. Nanti juga kamu yang malu."

"Kalo bang Er nyeker, nanti kakinya jadi ceker setan super pedes kaya story whatsapp nya temen mama yang lagi jualan," sahut Aksa cekikikan.

"Diem lo yul!" delik Erlang tajam. "Gamau ma, maunya make punya bang Al." Yang namanya Erlang memang senang mempersulit keadaan.

Prinsip hidup Erlang, kalau ada yang ribet kenapa harus yang gampang?

"Ribut kenapa?" tanya Anton ikut menyusul ke kamar Alan.

"Erlang mau minjem sepatu bang Al. Tapi ngga dibolehin sama bang Al, pa," adu Erlang berharap papanya memihak ke dirinya.

ALAN [END]Where stories live. Discover now