15. Penolakan

Mulai dari awal
                                    

Alan

gbkl

Alan melemparkan ponselnya ke tempat tidur. Entah kenapa badannya jadi gerah secara tiba-tiba. Kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Tadi setelah mengantar Meisya pulang sampai ke rumahnya. Alan belum sempat berganti baju. Ia justru rebahan sembari berbalas pesan dengan Meisya.

Padahal, Alan itu tipe cowok yang disiplin banget. Selalu membersihkan badan terlebih dahulu setelah selesai berpergian dari manapun. Tidak pernah sekalipun Alan mengabaikan bersih-bersih badan seperti barusan. Entah lah.

Tok tok tok

"Bang Al..." panggil Aksa.

"Bang Al..."

Ceklek

Pintu terbuka. "Hm?"

Alan sudah berganti pakaian rumah. Celana pendek berwarna hitam dengan kaos hitam polos yang terlihat sangat pas di badannya.

"Bang Al...Almarhum hehe," cengir Aksa.

"Ngga boleh ngomong gitu."

Aksa mengangguk patuh. "Aksa niru bang Er."

"Lain kali ngga boleh." Peringat Alan mengusak kepala Aksa.

"Kinder joy." Tangan Aksa menengadah ke atas dengan mata yang mengerjap polos.

Masuk ke kamar, Alan mengambil tiga kantong kresek besar. "Ini, sama jajan kesukaan Aksa."

"Kok cuma tiga kresek?"

Alis Alan terangkat sebelah. "Maunya?"

"Se-truk."

"Hm, ntar bang Al beli. Sekarang itu dulu."

"SA!" Suara terikan itu berasal dari bawah. Sepertinya Erlang akan mulai membuat keributan lagi. Heran. Kenapa cowok itu tidak ada lelahnya, berteriak sepanjang waktu. Hanya untuk hal yang bisa dibilang tidak penting.

"SA!"

"SA!"

Aksa berkacak pinggang. Menatap Erlang yang baru saja muncul dari balik tangga. "Kenapa sih panggil-panggil terus Aksa mulu?!" tanyanya dengan pipi menggembung lucu.

Erlang menampakkan wajah tengil. "Dih, geer lo, orang gue mau nyanyi."

"SA! CUMA MAU BILANG! KAU ITU SA PU JANTUNG, SA PU NADI, SAPU LIDI, SAPU TANGAN, SAPU IJUK, SAPUUU HALAMANNN...!!!" nyanyi Erlang menirukan lagu yang viral di tiktok tapi ia ubah liriknya seenak jidat.

Menatap kesal Erlang yang berjalan ke kamar. Aksa bertanya pada Alan, "Bang Al hafal ayat kursi ngga?"

"Hafal."

"Nanti ajarin Aksa ya, Aksa mau bacain buat bang Er. Biar setannya keluar."

"WOI GUE DENGER! GUE NGGA KESURUPAN!!!"

*****

Alan tersenyum menatap kue yang Meisya berikan tadi. Meski pun, Alan tahu itu bukan kue buatan Meisya sendiri. Tapi tetap saja Alan merasa ada hal yang berbeda. Apalagi saat Meisya memberikan kue itu dia mengatakan kalau kuenya spesial hanya untuk Alan.

ALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang