10. Hamilin Anak Orang

Start from the beginning
                                    

Prinsip Erlang dan Aksa, kalau bisa ribut kenapa harus akur?

"Jagain adek dulu ya, mama mau ke dapur ambil bubur yang dibuat bibi habis itu mama mau ke rumah sakit sebentar jenguk temen mama," pinta Andin pada Erlang.

"Males ah, mending Erlang video call-an sama pacar-pacar Erlang dari pada jagain tuh tuyul." Erlang menunjuk Aksa menggunakan dagunya. Membuat Aksa melotot tidak terima. Erlang selalu saja menyebutnya tuyul. Padahal 'kan....ya memang benar sih, Aksa kan kecil mirip tuyul.

"Erlang...." Andin menatap Erlang penuh harap. Tapi Erlang tetap saja kekeuh tidak mau menjaga Aksa.

"Kata guru Aksa, kalo ngebantah mama itu dosa besar loh bang," celetuk Aksa.

Erlang memutar bola matanya malas. "Iya-iya, ma. Erlang jagain nih tuyul."

Andin tersenyum lega. "Yang akur ya, mama cuma bentar kok."

"Lo di sini aja, jangan ke mana-mana gue mau main game dulu. Enek lama-lama di sini liat muka lo terus."

Setelah memastikan mamanya pergi. Erlang lebih memilih tiduran di sofa depan televisi dari pada harus menemani Aksa bermain tidak jelas.

"Bang Er..." rengek Aksa menggoyang-goyangkan lengan Erlang.

"Hm..." gumam Erlang malas.

"Laperr..."

"Makan." Erlang masih fokus bermain game. Malas sekali jika harus meladeni rengekan Aksa. Anak itu memang akan menjadi baik kalau ada maunya saja.

Dasar tuyul!

"Ambilin...Aksa ngga bisa..."

"Minta ambilin bibi..."

"Bibi ngga ada."

"Ambil sendiri lah. Jangan manja lo, kalo lo manja ntar kalo lo udah gede jadi kebiasaan. Ntar lo ngga bisa punya pacar banyak kaya gue. Mau?"

Aksa menggeleng. "Ngga mau, Aksa maunya punya pacar banyak kaya bang Er."

"Nah, makanya ambil makan sendiri gih."

Menurut. Aksa berjalan ke arah dapur untuk mengambil makanan. Meski pun tangannya tidak sampai, Aksa terus berusaha mengambilnya sekuat tenaga. Sampai-sampai dia naik ke atas meja. Hingga...

Pyarrr!!!

Brukkk!!!

"Aksa!" Erlang terlonjak kaget. Buru-buru ia menghampiri Aksa ke dapur.

"Astaga tuyul lo ngapain sih?!" Erlang mengamati Aksa yang duduk di lantai sembari memegang sikunya.

Aksa menatap Erlang datar. "Joging."

"Joging?" bingung Erlang.

"Lagian udah tau Aksa jatoh pake nanya," sewot Aksa. "Liat aja ntar Aksa ngadu ke mama kalo bang Er nakal."

Erlang langsung gelagapan. "Eh! Eh! Jangan gitu dong Aksa sayang," bujuk Erlang mengelus rambut Aksa. Kalau bukan karena takut Aksa mengadu pada Andin. Ogah sekali Erlang bersikap seperti ini pada Aksa. Jijik.

"Ya udah nih, biar bang Er yang bersihin pecahan gelasnya. Aksa duduk dulu ya?" ucap Erlang pura-pura baik. Erlang mendudukkan Aksa di atas meja.

"Huh kalo aja lo ngga ngancem buat ngadu ke mama, ogah banget gue baik sama lo," batin Erlang sebal.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Aksa dan Erlang bersamaan.

"Astagfirullah," kaget Erlang. Erlang yang tadinya sibuk memunguti pecahan gelas langsung berdiri menghampiri Alan.

ALAN [END]Where stories live. Discover now