71. The Only Proof

2.8K 53 1
                                    

Now Playing: Ed Sheeran - Perfect


Tidak terasa, sudah tepat seminggu Roxanne menginap di mansion Felix. musim dingin membuat salju turun lebat tiap harinya. Tinggal menghitung hari menuju hari natal.

Keduanya sudah semakin dekat. Saling menyayangi. Saling mengerti. Saling membantu. Walaupun terkadang Felix bersikap menyebalkan, seperti mengabaikannya dan lebih asyik dengan laptop atau ponselnya dengan serius. Felix sudah berkata pada Roxanne jika ia sedang tidak bekerja, tapi tetap saja hal itu mengganggu liburan mereka berdua. Mereka menghabiskan waktu bersama tiap harinya. Mengunjungi beberapa tempat atau hanya sekedar berdiam diri di mansion.

Seperti saat ini. Dengan selimut tebal yang menutupi tubuh Roxanne dan felix, keduanya duduk bersama –menonton beberapa film liburan. Roxanne menyandarkan kepalanya tepat di depan dada Felix. tempat ternyamannya.

Sembari menonton film, sesekali Felix mencuri kecupan ringan di puncak kepala Roxanne dan mengusapnya lembut, seperti bayi. Kali ini, tidak ada yang mengganggunya. Roxanne sudah mengambil ponsel dan laptop Felix agar pria itu tidak memainkannya lagi.

Tiba-tiba saja, Roxanne terbangun, duduk menghadap Felix dengan menyilangkan kedua kakinya. Felix mengangkat kedua alisnya pada Roxanne yang memicingkan mata padanya.

"Ada yang menggangguku beberapa hari ini."

"Kau sudah mengambil ponsel dan laptopku. Kali ini, apa yang mengganggumu?" tanya Felix –bersedekap.

"Ini perasaanku saja atau memang tidak ada yang menghubungiku sejak aku menginap denganmu. Seolah-olah mereka memang mengusirku dan membiarkanku di sini. Bahkan beberapa hari lagi sudah natal." Keluh Roxanne panjang lebar.

Tanpa jawaban, Felix menarik Roxanne ke dalam dekapannya. Roxanne membalas pelukan hangat Felix. dengan sayang, Felix mengusap lembut rambut Roxanne yang tergerai.

"Itu hanya perasaanmu saja, sayang. Kau sendiri yang mengatakan jika mereka ingin kita lebih dekat, bukan?"

"Menurutmu, apa kita sudah lebih dekat dari sebelumnya?" tanya Roxanne.

"Menurutmu?"

Roxanne kembali terduduk menghadap Felix.

"Aku sangat yakin jika kita sudah dekat saat ini. Terlewat dekat malah." Kekeh Roxanne yang kemudian disambut tawa renyah Felix.

"Lalu?"

"Jika mom dan dad ingin pembuktian, aku bisa membuktikannya." Jawab Roxanne dengan nada menggebunya.

Kedua alis Felix terangkat dengan geli dan tertarik akan ucapan Roxanne –seolah ingin memancing Roxanne. "Lalu, apa yang kau dapat dari pembuktian itu? kenapa kau sangat ingin membuktikannya?"

Mendadak, Roxanne terdiam. Kedua matanya menatap ke atas –berusaha berpikir jawaban yang tepat. Ia merasa tidak memiliki alasan yang tepat untuk membuktikannya. Roxanne mengeluarkan napasnya dengan kasar bersamaan dengan kedua pundaknya yang lunglai.

"Aku tidak tahu."

Felix hanya menggelengkan kepalanya dengan geli. Roxanne memang seperti itu. wanitanya ini seolah tidak tahu pasti apa keinginannya saat ini. Padahal ia seorang pengusaha. Seorang wanita karir. Tapi, jika sudah dihadapkan dengan masalah seperti ini, Roxanne adalah wanta terbodoh yang pernah Felix temui.

"Sudahlah. Kau terlalu banyak berprasangka yang aneh-aneh" ucap Felix, menarik Roxanne kembali ke dalam pelukannya.

"Aku hanya rindu mereka semua. Rasanya sangat aneh, kau tahu, mereka tidak menghubungiku sama sekali. Tidak bertanya kabar ataupun tentang hubungan kita. Aku menyesal kita tidak pernah terlihat akur di depan mom dan dad."

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang