17. Sweet Roxanne

2.4K 182 1
                                    

Now Playing: DNCE - What's Love Got to Do With it


Betapa terkejutnya Felix saat melihat pemandangan di depannya. Roxanne bahkan terlihat seperti gadis pemalu di depan kakaknya, Jeffrey. Felix tidak suka itu. Ia jadi merasa tersingkirkan. Kenapa Roxanne sudah akrab dengan kakaknya? Sedekat apa mereka?

Felix tahu seharusnya ia tidak perlu merasa khawatir pada kakaknya sendiri. Tapi, entah kenapa ia merasa takut saja.

"Oh? Aku?" Jeffrey menunjuk dirinya sendiri sambil menoleh bergantian pada Roxanne dan Felix, merasa jika Felix salah panggil.

Felix tidak menjawabnya. Kemudian, ia beralih menatap Roxanne. Roxanne yang menatapnya hanya mendengus sambil memalingkan kepalanya.

"Hmmm, sebaiknya aku pergi," ucap Jeffrey seketika dan ia pun masuk ke dalam lift.

"Masuklah," ucap Felix datar. Roxanne hanya mengikutinya saja. Ia menengok sebentar melihat sekretaris Felix yang mungkin daritadi melihat mereka bertiga.

"Duduklah," perintah Felix begitu Roxanne memasuki ruangan kerjanya. Felix melihat Roxanne yang sedang mengedarkan pandangannya pada ruang kerja Felix. Kemudian,ia duduk kembali di balik meja kerjanya.

"Kau mau minum?" tawar Felix. Roxanne pun duduk di sebuah sofa panjang.

"Aku kira kau akan menyiapkan segalanya tanpa aku jawab," sarkas Roxanne. Felix hanya menggelengkan kepalanya. Roxanne mulai lagi, pikirnya.

Tanpa bicara lagi, Felix segera menuju interkomnya dan menghubungi staff dapurnya untuk menyiapkan minuman dan beberapa camilan.

Kemudian, Felix kembali menatap Roxanne yang tengah asyik memainkan ponselnya. Oh, jadi ponselnya lebih menarik, Felix tersenyum miring. Kemudian, ia segera menyambar ponsel Roxanne dan duduk di sampingnya.

"HEY!" kesal Roxanne.

"Aku kira kau akan menjelaskan sesuatu padaku," ucap Felix setelah menyimpan ponsel Roxanne.

"Oh! Aku kira KAU yang akan menjelaskan sesuatu padaku," Roxanne menekankan kata 'kau' dan menaikkan suaranya satu oktaf.

Felix menelengkan kepalanya. Oh, jadi Roxanne masih marah padanya, pikirnya.

"Baiklah, kau ingin aku menjelaskan darimana, hm?" Felix melipat kedua tangannya di depan dada dan menyilangkan kedua kakinya sambil menoleh pada Roxanne.

"Tentu saja sejak kedatangan kita kemari, kenapa kau membawaku kemari, kenapa kau melakukan 'itu' dan kenapa kau –kau –kau –" Roxanne mulai terbata-bata mengingat ciumannya tadi di lift. Roxanne melipat kedua tangannya di depan dadanya dan menyandarkan badannya dengan kasar.

Awalnya, Felix mendengarkan dengan serius. Namun, Felix terkekeh ketika Roxanne tidak melanjutkan perkataanya. Felix tahu, ia mengerti apa yang dimaksud Roxanne.

"Baiklah, pertama, aku memang ingin mengajakmu kemari, hm, memang untuk mengenalkanmu pada bawahanku, that's all, dan masalah ciuman itu, kau yang bersalah, babe," ucap Felix yang sontak langsung mendapatkan tatapan melotot dari Roxanne.

Roxanne duduk dengan tegap kembali. "Oh, biar aku jelaskan, Tuan SOK PERCAYA DIRI!" Roxanne berhenti sebentar untuk mengambil napas. Ia akan kembali berceloteh, batin felix dengan geli. "Kau tentu sadar, bahwa kau bahkan belum melamarku, dan bagaimana hal itu bisa menjadikanmu yakin aku akan menerima lamaranmu nanti, ha? Aku bahkan semakin ragu denganmu, dank au tidak bisa seenaknya menciumku, dasar!" Roxanne tampak terengah-engah karena saking kesalnya. Felix sedari tadi hanya mendengarkan sembari menyenderkan badannya dan manggut-manggut saja.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang