6. Because of You

3.5K 243 5
                                    

Playlist: Carpenters - Close to You

Felix menepuk pundak Roxanne dan menyapanya. Tampak Roxanne tegang. Felix hanya tersenyum geli dan duduk di sebelah Roxanne. Ia merangkul pundak Roxanne seakan ia tak ingin Roxanne pergi dari sisinya. Roxanne tersedak dan Felix hanya tersenyum geli melihatnya. Apa sebegitu terkejutnya dia melihat kedatangan Felix? Aneh-aneh saja dia, pikir Felix.

"Kenapa kau di sini?" bisik Roxanne menatap Felix tak percaya.

"Kenapa kau di sini?" Felix malah bertanya kembali dengan tersenyum.

Roxanne memutar matanya jengah. Felix malah menatapnya terus menerus geli dengan Roxanne. "Itu bukan jawaban, Felix," kata Roxanne.

"Say it again," kata Felix dengan suara rendahnya. Felix merasa senang saat Roxanne ternyata memanggil namanya.

"Apa maksudmu?" Tanya Roxanne yang tampak tidak mengerti. Tampaknya, Roxanne tidak protes tentang tangan Felix yang masih merangkul Roxanne. Felix merasa senang akan itu.

Ia merasa ada seseorang yang melihat ke arahnya. Saat ia menoleh, ia melihat Arthur melihatnya, tepatnya Roxanne. Tapi, ia tidak memusingkannya, karena mungkin itu hanya perasaannya. Arthur tidak akan menyukai Roxanne juga. Cukup Felix saja. Membayangkan orang lain dijodohkan dengan Roxanne saja sudah membuatnya naik pitam, apalagi jika sahabatnya sendiri yang menyukai Roxanne.

"Roxy, can we talk?" Tanya Felix.

"We are talking right now, Felix," jawab Roxanne. "and stop calling me Ora," lanjut Roxanne dengan memutar kedua matanya. Felix hanya tertawa mendengarnya. "Bagaimana jika kita bicara di luar saja?" ajak Felix.

Roxanne menghela napasnya namun ia mengiyakan ajakan Felix. Felix kira Roxanne akan menolak ajakannya. Akhirnya, Felix dan Roxanne berjalan berdua ke balkon luar.

Roxanne hanya berharap Felix tidak mengetahui gelagat Roxanne yang sangat gugup saat Felix merangkul pundaknya setiap saat. Saat Felix mengajaknya keluar untuk berbicara, sebenarnya itu hal yang bagus. Tidak hanya karena ia ingin menenangkan pikirannya, namun agar ia juga bisa menenangkan detak jantungnya yang berdetak kencang. Ia bahkan juga tidak mengerti kenapa sampai seperti ini.

See, ia tidak akan bisa menenangkan segala hal jika Felix terus menggenggam tangannya seperti ini. Jujur saja, ia merasa nyaman. Namun, ia sungguh tidak mengerti dengan sikap Felix. For God's sake, mereka baru berkenalan beberapa hari dan ia belum pernah sedekat ini dengan ornag yang baru saja ia kenal.

"So, apa yang ingin kau katakan, Felix?" Tanya Roxanne langsung melepaskan genggaman tangan Felix dan bersedekap.

"Easy, girl. first, aku senang kau sudah bisa memanggil namaku," goda Felix memasukkan tangannya ke kantong celananya. Roxanne hanya mengangkat kedua alisnya. "Well, aku hanya bertindak secara professional. Kau mempunyai nama, jadi aku memanggil namamu. Apa ada yang salah dengan itu?" jelas Roxanne.

"Yaya, tidak ada yang salah," jawab Felix dan mendekati Roxanne sebelum mengatakan, "But, it's kinda sweet when you called my name, Roxy," bisik Felix tepat di telinga Roxanne. Hal itu jelas membuat Roxanne merasakan gelenyar aneh di sekitar lehernya. Ia sampai tidak bisa membedakan apakah itu hembusan angin atau nafas Felix. Roxanne hanya berdeham.

Roxanne tampak masih terpaku dengan apa yang dikatakan Felix. Manis? Apa dia sudah gila? Semua orang – bahkan wanita – pasti memanggil namanya. Oh, dan pasti Felix juga memuji para wanita itu. Roxanne mengakui Felix tampan dan pandai menggoda wanita, tapi tidak akan mempan untuk Roxanne. Aku tidak akan jatuh padanya, batin Roxanne. Ia memejamkan matanya.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang