33. Lucky?

1.8K 143 0
                                    


Felix sudah bersiap-siap menuju mansion keluarga Collin untuk menjemput Roxanne. Ia tersenyum sambil melempar-tangkap kunci mobilnya. Sungguh, ia tidak bisa lebih senang dari hari ini. Menjemput Roxanne dan mereka akan berada dalam satu atap.

Semua ini berkat kejadian dua hari yang lalu, dimana ayah Roxanne menitipkan Roxanne padanya karena mereka hendak pergi liburan. Saat pulang nanti, ia akan membelikan hadiah pada Jeanette, karena idenya yang cemerlang. Selama 2 hari itu juga, ia dan Roxanne tidak bertemu lagi karena kesibukan Felix yang disengaja. Ia sengaja menyibukkan diri karena ia berpikir hal itu akan sepadan dengan Roxanne yang akan menginap dengannya mulai hari ini. Felix tidak ingin pekerjaannya nanti malah mengganggunya saat ia sedang bersantai dengan Roxanne. Bahkan Felix tidak menghubungi Roxanne sampai hari ini. Susah payah ia memendam rasa rindunya yang membuatnya frustasi.

Felix sudah sampai di depan gerbang mansion dan pintu gerbang otomatis terbuka karena sekuriti yang melihat mobil Felix menekan tombol untuk membuka pintu gerbang itu. Setelah memarkirkan mobilnya, ia turun dan langsung masuk ke dalam karena pintu yang tidak tertutup.

Sang kepala pelayan datang menghampiri Felix. "Nona Roxanne masih di kamarnya sedang bersiap-siap," katanya. Felix hanya tersenyum dan langsung melenggang menaiki tangga menuju kamar Roxanne. Ia berhenti di ambang pintu kamar Roxanne yang tidak tertutup dan mengamati Roxanne yang sedang bersiap-siap dengan menempelkan bahunya pada pintu.

"Seharusnya kau tidak perlu membawa barang sebanyak itu, Roxy," Felix pun menghampiri Roxanne. Roxanne kembali masuk ke walk-in-closet mengabaikan Felix dan meneruskan persiapannya.

"Aku bisa saja menyiapkan barang-barangmu di sana atau menyuruh pelayanku kemari untuk mengambilnya, kenapa kau harus repot-repot," ucap Felix lagi. Roxanne pun berhenti dan menatap Felix dengan horor.

"Menyiapkan barangku? Maksudmu pakaianku? Kau bahkan tidak tahu berapa ukuranku," decih Roxanne. Ia melanjutkan memasukkan kosmetiknya ke dalam koper. "Kau benar juga, sih." Felix melayangkan cengirannya pada Roxanne yang hanya menanggapinya dengan gelengan kepalanya.

"Aku rasa sudah semua," gumam Roxanne beberapa jam kemudian. Ia menurunkan koper-kopernya dari kasurnya.

Felix yang tadinya sedang berbaring di kasur karena kelelahan menunggu Roxanne bersiap-siap, dengan malas ia mendudukkan badannya.

"Ya ampun, tahu begini aku akan menyeretmu tadi dan membiarkan pelayan di rumahku yang mengambil barang-barangmu," kata Felix.

"Well, kau tidak membantuku, sih," decak Roxanne. Felix ternganga menatap Roxanne. "Hei, kau saja yang tidak berkata apapun padaku, kau saja selalu mengabaikan aku saat aku berbicara padamu tadi," gerutu Felix. Roxanne hanya mnegedikkan bahunya.

"Sudah, sudah. Sekarang, bantu aku membawa semua ini," kata Roxanne kemudian. Felix pun membawa dua koper besar Roxanne ke bawah. Roxanne membawa koper kecil dan tas besarnya yang entah itu semua berisi apa. Apa wanita selalu serepot ini, ya ampun. Lain kali, ia saja yang akan menyiapkan semua barang keperluan Roxanne. Well, itu jika mereka akan menginap atau bepergian bersama lagi.

Lagi-lagi, Felix beruntung tidak membawa mobil sport-nya karena koper koper itu tidak akan muat di sana.

"Aku harap lemarimu cukup luas untuk menampung semua pakaianku," kata Roxanne. Mereka sudah berada di dalam mobil. "Tentu saja aku sudah menyiapkan segalanya. Tenang saja," ucap Felix dengan nada bangganya.

Felix memang sudah menyiapkan kamar untuk Roxanne menginap. Bahkan ia mendekornya sendiri. Ia tahu selera wanita ini. Roxanne tidak akan suka kesan mewah, jadi ia mendekornya sendiri saat orang-orang suruhannya hampir mendekor kamar itu dengan gaya feminim. Itu sangat sangat tidak menunjukkan Roxanne.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang