4. Jealousy

4.5K 271 1
                                    

           

            Sungguh sial. Bagaimana tidak, saat ia akan berpamitan pulang, ia malah mendapati ban mobilnya yang sudah kempes. Bagaimana bisa ini terjadi?

            Lebih parahnya lagi, ia harus mengiyakan ajakan felix yang ingin mengantarnya pulang. Padahal, ia ingin menghindari pria ini mati-matian. Sekarang, ia malah berada semobil dengan pria ini.

            Di dalam mobil, tidak ada yang memulai pembicaraan. Felix memutar music di dalam mobil, entah music apa yang ia putar. Roxanne hanya menatap jalanan di sampingnya. Tapi, ia malah bisa melihat bayangan Felix yang sedang menyetir. Sekilas, Roxanne berpikir Felix sungguh tampan dan caranya menyetir dengan satu tangannya, entah kenapa membuatnya sedikit terpesona. Sedikit.

            "Sejak tadi kau diam disana, sedang melihat apa?" tiba-tiba Felix bertanya dan menoleh sebentar ke arah Roxanne.

            "Hah? oh, jalan" Roxanne terkejut dan ia tidak tahu harus menjawab apa, yang malah berakhir dengan jawaban singkat nan konyolnya.

            Felix hanya tertawa mendengar jawaban Roxanne.

            "Excuse me. Is there something funny?" Tanya Roxanne langsung menoleh pada Felix.

            "You. Kau sangat lucu, Roxy." jawab Felix dengan senyum khasnya.

            Roxanne hanya mendengus mendengar jawaban Felix yang menurutnya konyol.

            "Fokus saja ke jalanan. Jangan menoleh padaku terus. Bisa-bisa kau salah jalan, padahal aku sudah memberikan alamatnya. jika berakhir di jalan yang salah, pasti kau akan menyalahkanku." gerutu Roxanne saat ia memergoki Felix yang terus menoleh saja padanya dengan senyum jahilnya.

            Felix ingin tertawa karena rencananya berhasil. Ia memang merencanakan ini semua dengan Dennis tadi di telpon. Felix meminta bantuan Dennis dan Edric untuk datang ke lokasinya, dan mengempeskan ban mobil Roxanne. Itu semua semata-mata agar Roxanne tidak menolak ajakannya lagi. Cukup sekali ia menolak Felix, dan kali ini hingga seterusnya, ia tidak akan menerima penolakan.

             Entah kenapa, berada semobil dengan Roxanne malah membuatnya canggung. Alih-alih membuka percakapan, ia malah memutar music di tape mobilnya. Ia senang bisa mengantar pulang Roxanne, namun sekarang ia malah tidak tahu harus berbuat apa.

            Sedari tadi, Roxanne menatap kaca di sampingnya. Apa lehernya tidak lelah? Dan apa yang sebenarnya ia lihat?

            Saat Felix bertanya apa yang sedang dilihatnya, Roxanne terlihat terkejut dan canggung. Ada apa dengannya? Mendengar jawaban Roxanne, Felix mengerutkan alisnya dan malah tertawa di detik berikutnya. Ia sungguh konyol, pikir Felix.

            Saking konyolnya, ia malah tidak bisa memfokuskan dirinya sendiri saat menyetir. Roxanne memang sudah memberikan alamat mansion-nya dengan rinci, dan syukurnya Felix tahu daerah itu. Tapi, Roxanne malah memeringatinya jika Felix tidak fokus ke jalan, ia bisa salah jalan dan apa Roxanne berpikir Felix akan menyalahkannya? Aneh-aneh saja wanita ini.

            Beberapa saat kemudian, mobil Felix sampai di depan mansion dan memasuki pekarangannya setelah mendapat izin dari security.

            "Hm, apakah kau ingin masuk dulu?" tawar Roxanne. Ia terlihat ragu saat menawarkan Felix.

            Sejujurnya Felix harus segera ke kantor, tapi sepertinya ini lebih penting baginya.

            "Baiklah," jawab Felix tersenyum dan mematikan mesin mobilnya.

            Mereka berdua masuk ke dalam bersama, dan terlihat seorang pria paruh baya sedang menyesap kopinya dengan membaca koran di ruang keluarga.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang