31. The First Step

1.9K 148 0
                                    

Now Playing: Ed Sheeran - Thinking Out Loud

            Akhirnya, tumpukan dokumen di meja felix sudah mendapatkan bubuhan tanda tangan Felix. Kini, Felix menyandarkan badannya pada kursinya untuk melepas penatnya. Ia memejamkan matanya sebentar dan berusaha untuk bernapas dengan pelan dan teratur. Kemudian, ia terbangun dan duduk dengan tegak. Ia mengambil ponselnya hendak menelpon seseorang.

            Di saat yang bersamaan.....

            Roxanne, Joanna, dan Jeffrey masih mengobrol sebelum tiba-tiba ponsel Roxanne berdering menandakan panggilan masuk. Buru-buru felix pamit untuk mengangkat panggilan dan menjauh dari tempatnya. Ia melihat layar ponselnya dan nama nomer felix tertera di laayrnya. Roxanne hanya tersenyum tipis dan mengangkat panggilannya.

            "Halo," Roxanne melipat tangan sebelahnya ke belakang. "Hallo, Roxy," jawab Felix. "Ada apa, felix?" tanya Roxanne.

            "I.miss.you."

            Felix mengatakan tiga kalimat yang mampu membius Roxanne seketika. Kini, Roxanne tidak tahan untuk tidak tersenyum. Felix mengatakan dengan penekanan di setiap kata seolah ia benar-benar ingin bertemu dengan Roxanne. Itu memang benar. Itu juga tujuan Felix segera menyelesaikan tumpukan dokumen sialannya di kantor.

            Roxanne masih diam dengan senyumannya. Ia bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Ya ampun, mereka baru saja bepisah beberapa jam. Felix terlalu berlebihan. Pikir Roxanne.

            Felix merasa Roxanne diam saja dan ia mengira jika Roxanne tidak mendengarnya atau malah meninggalkan panggilannya. "Apa kau masih disana? Halo?" tanya Felix.

            Roxanne langsung tersadar. "Oh, iya, felix. Iya," jawab Roxanne. "Aku kira kau malah pergi dan berlarian kesana kemari karena aku mengatakan rindu padamu," Roxanne ternganga mendengar ucapan felix.

            "itu terlalu berlebihan, felix," jawab Roxanne.

            "Ya ampun, kau memang wanita tanpa ekspresi. Lihat saja nanti, aku akan membuatmu frustasi karena merindukanku," ujar Felix dan Roxanne tertawa dibuatnya.

            "Apa kau sedang mengutukku, karena itu terdengar tidak mungkin untukku," kekeh Roxanne.

            "Oh, ya, itu kutukanku. Tidak, kita lihat saja nanti," Felix tidak ingin kalah jika sudah seperti ini.

            "Ya. Ya. Terserah apa katamu," Roxanne menyerah. Itu lebih baik untuk kesehatan otaknya.

            "Sepertinya urusanmu di kafe sudah selesai, ya," kata Felix.

            "Sudah,"

            "Bagus. Datanglah ke kantorku," memang tidak terdengar seperti ajakan atau tawaran. Lebih terdengar seperti perintah yang tak terbantahkan.

            Baru saja Roxanne ingin mengatakan keluhannya, tapi felix sudah mengatakannya lebih dulu. "tenang saja, aku akan meminta supirku untuk menjemputmu di sana," katanya.

            "Baiklah. Aku akan menunggu,"

            "See you, babe," kata Felix. Roxanne hanya tersenyum, walaupun Felix tidak melihatnya. Kemudian, panggilan pun selesai.

            Roxanne kembali masuk ke dalam dan duduk bersama Joanna dan Jeffrey. "Kau terlihat senang, siapa yang meneleponmu, Ella?" tanya Joanna.

            "Hm, Felix yang meneleponku, mom," Roxanne tersenyum malu saat mengatakannya.

            "Astaga, anak itu. Tidak bisa apa barang beberapa jam saja tidak menemui atau menghubungimu, mom tebak, kau akan bertemu dengannya," Roxanne hanya menganggukinya.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang