50. Have I Love You? (1)

Mulai dari awal
                                    

Kali ini pria itu tersenyum miring bermaksud menggoda Roxanne seraya memainkan kedua alisnya dan menoleh pada Roxanne sekilas.

Roxanne berdecih. "Percaya diri sekali!"

"Kau saja yang tidak ingin mengakuinya. Akui saja pasti kau sudah menyukaiku, kan?"

Roxanne memukul lengan Felix.

"Kenapa denganmu? Hahaha, reaksimu berlebihan, sayang." Goda Felix lagi. Padahal, Roxanne sudah bungkam. Ia tahu jawaban apapun tidak akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri pria itu. Ya, walaupun itu adalah kenyataan, sebuah kenyataan jika pria itu memang tampan.

Felix masih tertawa. Roxanne membuang mukanya ke jendela samping seraya memandangi jalanan yang dilewati.

"Sayang?" panggil Felix. Roxanne bergeming.

"Kau marah?" tanya Felix.

"Roxy,"

Roxanne masih tidak ingin menjawab panggilan felix. Ayolah, Roxanne tidak ingin ia menjadi wanita yang pemarah. Tapi, ia juga tidak ingin menjadi wanita yang mudah luluh.

Tiba-tiba saja, Felix menepikan mobilnya dan segera membuka sabuk pengamannya. Tanpa mengeluarkan suara, Roxanne mengitarkan pandangannya dan menoleh pada Felix.

"Kenapa berhenti di sini?" tanya Roxanne. Melupakan keadaan dimana ia sedang kesal dengan Felix. Ralat. Berpura-pura tidak peduli yang sedang Roxanne lakukan sekarang.

Felix mengubah posisi duduknya menyamping menghadap Roxanne yang masih memandangnya dengan pandangan tanyanya.

"Kau masih marah padaku?" tanya Felix langsung pada intinya.

Roxanne mengerutkan kedua alisnya. Sebenarnya ini memang kekanakan, Roxanne marah pada Felix dengan masalah sepele. Sebenarnya, ia tidak marah. Well, katakan saja sifat gengsinya sedang mendominasi dirinya sekarang. Karena memang pada dasarnya Roxanne tidak pernah benar-benar marah pada Felix.

"Ayo, kita berangkat saja, Felix. kau bilang ingin mengajakku ke suatu tempat, bukan begitu?" Roxanne terlihat membujuk Felix.

"Kau masih marah padaku? Atau tidak?" tanya Felix sekali lagi. Mengabaikan bujukan Roxanne padanya.

Felix bisa saja luluh pada Roxanne yang bersikap lembut tadi. Sebenarnya, ia juga tidak bermaksud bertanya seperti itu pada Roxanne. Ia hanya menggodanya saja. Tapi, tidak disangka Roxanne malah membujuknya dengan sikap lembutnya ini. Kenapa secara tiba-tiba?

Roxanne tidak menjawab. Ia hanya memajukan bibirnya dan berpikir apa ia harus menjawab dengan jujur atau melupakannya saja. Jelas pilihan kedua merupakan pilihan yang tidak mungkin karena nyatanya saja pria itu terus bertanya.

"Oke. Aku tidak marah padamu. Aku tidak pernah marah padamu. Sudah? Can we go now?" Roxanne pasrah.

"Apa hanya aku yang mendengarnya atau memang kau mengatakannya tadi?"

Roxanne kembali menunjukkan raut wajah bingungnya. "Apa maksudmu?"

"Kau tidak pernah marah padaku?" tanya Felix. berusaha menanyakan kembali kalimat yang sempat Roxanne ucapkan tadi.

Roxanne memiringkan kepalanya seraya membesarkan matanya. Benarkah ia mengatakan hal itu? Ia sendiri bahkan tidak sadar. Jadi, ia harus menjawab apa?

Roxanne mengerjapkan matanya. "Benarkah? Hmmm, aku tidak ingat aku mengatakannya." Katanya sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya menatap jalanan di depan.

Felix tertawa. "yang jelas, aku memang mendengarnya sendiri, sayang. Tidak masalah jika kau lupa." Felix mengedikkan bahunya. Kemudian, ia memajukan badannya mencium pipi kiri Roxanne lama. Roxanne yang terkejut hanya bisa bergeming.

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang