31. The First Step

Start from the beginning
                                    

            "Sudah jelas, mom. Felix sangat tahu cara mengusir kita dengan halus," kata Jeffrey.

            "Kau ini, ada-ada saja," Ibunya menjewer telinga Jeffrey yang membuat pria itu mengaduh kesakitan. Roxanne yang melihatnya hanya meringis.

            "Yasudah, Ella. Kita sudah mengobrol banyak dan mom sangat menikmati setiap detiknya bersamamu," Roxanne tersenyum menanggapinya. "Sudah siang, mom dan Jeffrey pulang dulu," lanjutnya berpamitan pada Roxanne dengan mencium pipi kanan dan kiri.

            "See you soon, calon adik-ipar," ucap Jeffrey dengan kerlingan matanya. Roxanne tadinya membelalakkan matanya karena Jeffrey mengatakannya dengan keras, namun pria itu sudah berlalu sebelum Roxanne bisa membalasnya.

            Roxanne melambaikan tangan pada mobil yang dikendarai oleh Jeffrey dan Joanna di dalamnya. Kemudian, ia segera masuk dan bersiap-siap karena mungkin supir Felix sedang dalam perjalanan.

            Benar saja. Belum ada 5 menit, supir Felix sudah sampai di depan kafe Roxanne dan Roxanne yang melihatnya segera keluar dari kafenya dan masuk ke dalam mobil itu.

            "Selamat siang, Nona Roxanne. Seperti biasa, Nona sangat cantik hari ini," kata supirnya basa-basi. Supir felix memang terkadang melihat Roxanne bersama Felix. Makanya, ia menganggap pujian yang diberikan supir Felix itu terlalu melebihkannya.

            "Selamat siang juga, Robert," jawab Roxanne pada supir felix yang bernama Robert itu.

            "Untung saja siang ini jalanan tidak macet, Nona. jadi kita bisa cepat sampai di kantor Tuan Jullian," kata Robert.

            "Oh, makanya tadi kau cepat sampai di kafeku. Untung saja aku sudah selesai siap-siap tadi," Robert hanya tersenyum. Mobil pun menjadi sunyi karena Roxanne memandangi jalanan yang memang tidak ramai seperti yang dikatakan Robert. Perjalanan pun terasa sangat cepat.

            Tak lama, mobil pun sudah sampai di depan kantor Felix. "Terima kasih, Robert, have a nice day," kata Roxanne kemudian turun dari mobil. Ini adalah kali ketiga Roxanne menginjakkan kakinya ke perusahaan Felix. Pegawai di sana juga sudah mengenal Roxanne dan mereka yang melihatnya pun menunduk sopan pada Roxanne saat Roxanne melewati mereka.

            Roxanne juga tidak perlu mendatangi meja resepsionis dan langsung menuju pintu lift khusus yang langsung menuju kantor Felix di lantai paling atas. Sesampainya, di lantai atas, aia berjalan menuju ruangan Felix. Sekilas, ia melirik ke meja sekretaris dan melihat seorang sekretaris pria. Roxanne pun berhenti.

            "Kau....baru bekerja disini ya?" tanya Roxanne tanpa basa-basi.

            "Oh, selamat siang, Nona Roxanne. Iya, Nona. Saya baru bekerja di sini, dan Tuan Felix sudah memberi tahu saya jika Anda akan datang. Tuan sudah menunggu Anda di dalam," jelas sekretaris itu dengan sopan.

            "Baiklah. Terima kasih." Ucap Roxanne. Roxanne berjalan kembali menuju pintu besar ruang kerja Felix. Ia mengetuk pintu itu dan tanpa menunggu sang pemilik ruangan menjawab, Roxanne masuk ke dalam.

            "Hai," ucap Roxanne sambil berjalan menghampiri Felix yang mengulurkan tangannya. Tanpa basa-basi lagi, Felix menarik Roxanne ke dalam pelukannya dan menghirup aroma wangi Roxanne sebanyak-banyaknya seolah hanya wangi Roxanne yang membuat felix merasa hidup.

            Felix mengurai pelukannya, dan menatap Roxanne. Roxanne menutkan kedua alisnya melihat Felix yang menatapnya dengan tersenyum itu.

            "Ada apa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Roxanne mencoba untuk menyentuh wajahnya, namun Felix tidak membiarkan tangan Roxanne lepas dari genggamannya. Felix hanya menggeleng dan mencium kening Roxanne. Hal itu justru membuat Roxanne semakin bingung.

            "Tidak ada apa-apa, sayang. Aku hanya ingin saja, kau terlalu berpikir yang tidak-tidak," kata Felix. Kemudian, Felix tiba-tiba saja menggendongnya ala bridal style dan membuat Roxanne terkejut.

            "Ya ampun, aku bisa berjalan sendiri, Felix!" Roxane berusaha memberontak walaupun hal itu tentu saja sia-sia untuknya.

            Bukannya meletakkan Roxanne di sofa dan duduk di sampingnya, Felix malah memangkunya dengan posisi Roxanne yang berhadapan dengan Felix. Oke, ini terlihat sangat tidak nyaman untuk Roxanne. Bodohnya, Roxanne malah menelan ludahnya sehingga Felix dapat melihat lehernya yang putih sedang menelan ludahnya menandakan jika Roxanne sedang gugup.

            "Kau sangat menggemaskan, oh, aku tidak tahu harus bagaimana lagi," gumam Felix. Roxanne tidak mengerti apa yang Felix bicarakan.

            "Kita sudah pernah melakukannya beberapa kali tapi kenapa kau malah terlihat gugup seperti ini? Apa....kau masih tidak nyaman denganku?" tanya Felix. Sebenarnya itu bukan pertanyaan serius dari Felix. Felix hanya ingin bertanya saja karena meliat Roxanne yang begitu menggemaskan di pangkuannya.

            "Apa? Aku...nyaman saja," jawab Roxanne dengan ragu. Ia menundukkan kepalanya. Lagi-lagi, Felix harus melakukan sesuatu pada dagunya agar Roxanne menatapnya.

            "Kita sedang berbicara, dan tidak seharusnya kau memalingkan wajah cantikmu ini dariku," ucap Felix. Hal itu malah membuat Roxanne semakin gugup.

            "Aku senang jika kau sudah nyaman saat bersamaku," Felix tersenyum setelah mengatakannya. Senyuman itu pun menular pada Roxanne.

            "Setidaknya itu adalah sebuah kemajuan," Roxanne tidak mengerti. "Kemajuan?" tanya Roxanne. Felix mengangguk dengan semangat. "Kemajuan apa?"

            "Tentu saja kemajuan di hubungan kita, Roxy," Oh, Roxanne baru paham maksud Felix. Jika dipikirkan, memang ada kemajuan.

            "Aku tahu kau masih belum bisa memercayai orang luar sepertiku, Roxy. aku masih berusaha untuk mendapatkan kepercayanmu, jadi aku berharap kau akan melihat usahaku ini," Felix mengucapkan dengan serius. Tidak seperti biasanya dengan nada merayu atau menjahili Roxanne.

            Roxanne hanya bisa menganggukinya. "Good. Saat ini, aku cukup senang jika kau memang sudah nyaman denganku, Roxy," kata Felix. Mereka pun tersenyum.

            Perlahan, senyum Felix menyurut. Ia melirik bibir Roxanne. Kemudian, ia mendekatakan bibirnya dan menarik tengkuk Roxanne. Bibir mereka saling bertemu dan melumat tetapi terasa begitu lembut. Tidak ada ciuman panas atau terburu-buru.

            Ciuman mereka terasa sangat sensasional, entah kenapa. Mungkin karena Felix yang baru saja mengatakan dengan terang-terangan jika ia sedang memerjuangkan Roxanne.

            Felix semakin menarik tengkuk Roxanne. Berusaha merasakan bibir Roxanne yang manis. "manis," gumam Felix di sela ciumannya sementara Roxanne mengalungkan tangannya pada leher Felix dan meremas rambut Felix.

            Ya. Selain wangi rambutnya yang menjadi candu untuk felix, bibir ranum Roxanne yang manis tidak kalah candunya bagi Felix. Entah sampai kapan ciuman ini berlangsung, tapi keduanya tampak tidak ada yang berniat untuk menghentikannya.

To be continued
********

Follow my instagram:iamvee29Follow my twitter:aviorfwAnd don't forget to tap the ⭐️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Follow my instagram:
iamvee29
Follow my twitter:
aviorfw
And don't forget to tap the ⭐️

Much love,
VieVie💥

[EBOOK PUBLISHED] Chasing You (COMPLETED)Where stories live. Discover now