CHAPTER 91

4K 188 14
                                    

Windi menghabiskan sarapannya dan keluar untuk menyambut Ariel yang baru saja tiba dengan motornya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Windi menghabiskan sarapannya dan keluar untuk menyambut Ariel yang baru saja tiba dengan motornya. Tidak seperti hari kemarin laki-laki tersebut terlihat lelah dengan bibir yang sedikit pucat. Cemas, gadis itu mencoba memastikan dengan cara menempelkan punggung tangannya di kening Ariel. "Badan lo agak anget. Kenapa masih masuk sekolah?"

Ariel mendecakkan lidahnya dan memberikan helm yang ia bawa pada Windi. "Ayo, berangkat,"

"Lo belum jawab pertanyaan gue," katanya. "Pasti karena lo kepikiran soal semalam, kan?"

"Win, gue--"

"Jujur! Gue khawatir sama lo," potong Windi.

"Dikit, tapi nggak apa kan ada lo. Gue tetep bahagia," Ariel menunjukkan seulas senyum tipisnya.

"Maksud gue, mereka itu orang-orang yang lebih dulu ada sama lo. Orangtua lo jadi gue ngerasa hal ini bener-bener ngebuat lo tertekan,"

Ariel membelai pelan rambut Windi dan senyumnya semakin mengembang meski bibir itu nampak tidak seranum kemarin. "Win, gue sayang sama lo dan itu udah lebih dari cukup buat gue merasa bahagia dengan lo yang mau menerima gue apa adanya. Memang orangtua gue problematic tapi selagi ada lo gue percaya kekuatan itu ada. You're my half, ndut. Jangan khawatir, ya."

Windi menggigit bibirnya dalam hening, matanya memerah sedangkan Ariel tidak ingin gadis itu repot karena memikirkan masalahnya. "Jangan nangis, gue nggak apa-apa. Kenapa, sih?"

"Gue sedih liat lo, Riel."

Ariel memeluk gadis itu, berusaha menenangkannya. "I am okay--" ia tetap berusaha menjaga dirinya tetap tegar. Pagi ini ia tidak ingin melihat air mata Windi jatuh hanya karena ikut memikirkan persoalannya. "Ya, udah kita berangkat."

Dengan tanpa memintanya lagi Ariel langsung mengenakan helm tersebut di kepala Windi dan gadis itu segera duduk di belakang. Menempel pada punggung jangkung Ariel yang hangat dan memasukkan kedua tangannya di saku jaket laki-laki tersebut. Keduanya melaju menghadang angin hingga salah satu tangan Ariel masuk ke dalam sakunya untuk sekedar menggenggam tangan Windi dan berkata. "Lo tau gue lagi rapuh jadi tetap di sini,"

Windi mengiyakan dengan saat yang bersamaan ia sadar bahwa rasa itu kian lama kian bertumbuh. Dia kini sangat mencintai Ariel.

"Dasar kodok idiot!" kata Windi yang suaranya berbalapan dengan suara angin. Sedangkan Ariel hanya tertawa kecil dan itu sama sekali tidak dapat didengar oleh gadis yang tengah duduk di belakangnya.

**

Hans berlari saat langit tengah mendung, ia baru saja mendapatkan kabar bahwa Nina sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Entah, ia tidak tahu apa yang telah terjadi setelah hari di sekolah selesai. Terakhir kali ia menyempatkan diri menyapa Nina lalu pulang dengan Joe. Tidak sampai dua jam berlalu ia mendapatkan kabar dari ketua kelasnya bila Nina masuk rumah sakit. Hans kini merasa takut sekali.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora