(Attention!!)
-Cerita ditulis secara profesional dengan mengikuti potrait-potrait kehidupan yang ada seperti konflik bullyan di sekolah elit, status sosial, pencarian jati diri, terbentuknya karakter remaja karena lingkungan serta kondisi dan lain-l...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ariel baru saja habis menegak dua gelas vodka yang ia pesan malam ini. Di dalam kesenangan duniawi dia menghabiskan malamnya bersama dengan dua temannya dan beberapa gadis cantik Lavendius. Berteman gemerlap sorot lampu dan alunan musik DJ yang menggetarkan seisi tempat hiburan itu Ariel mencoba meredam apa yang ia rasakan belakangan ini ketika bayang Windi mulai mengganggu pikirannya. Lelaki itu sangat benci dengan keadaannya kini, ia bahkan tidak menyangka akan begitu cemas terhadap gadis yang ingin ditumbangkannya sendiri.
Ariel bertanya-tanya dalam hati namun tidak kunjung menemukan jawabannya. Di sisi lain ia ingin segera membuat gadis itu kapok, tapi di sisi lain terselip perasaan tidak tega. Seperti insiden Windi pingsan karena rencananya tadi, tiba-tiba saja Ariel jadi begitu mencemaskannya sampai berkeringat.
Guenggakboleh kayak gini. Menjijikkan! Gimanabisaguejadiselemahtadi, nolongingadisparasitsemacam dia? Ah, jangan. Gueharusredamdaripadaberkepanjangan. Di sini harga diriguesebagaianaksulungLimantarasedangdipertaruhkan.
Kemudian ia meneguk gelas vodkanya yang ketiga. Setelah habis ia memutuskan untuk menghapus foto Windi yang tengah melahap sebuah roti ham hasil kiriman petugas UKS tadi di ponselnya.
"Selesai!" lalu ia memasukkan ponselnya kembali sambil menyunggingkan senyum penuh keangkuhan.
"Riel, di sini aja. Ayok gabung sama kita-kita!" ajak Riko yang didampingi dua gadis cantik berpakaian seksi di kanan kirinya.
Ariel mendengus, meminta segelas vodka lagi pada bartender. "Cepet satu!" dan gelas yang kosong itu terisi lagi. Tak butuh waktu lama ia menghabiskannya kembali.
"Lagi kenalan sama cewek baru di tengah. Nah, lo daritadi duduk di sini aja kayak anak gadis perawan," cerocos Riko.
"Entar lagi, gue di sini aja. Ntar nyusul ke tengah,"
"Bener?" Riko memastikan. "Eh, Elvira, temenin bos gue ini, ya. Biar nggak kesambet setan clubbing. Kalo udahan ntar bisa nyusul kita. Gimana?" pintanya pada salah seorang gadis cantik berambut ombre yang ada di kirinya.
Gadis itu mengangguk. "Siap!"
"Lo itu setannya clubbing! Ada-ada aja!" timpal Ariel.
Riko terkekeh. "Hehehe, ya udah, cantik stay sini, ya," lelaki itu mengerlingkan matanya pada Elvira.
Elvira mengiyakan dan duduk di sebelah Ariel sedangkan Riko berlalu dengan gadisnya yang lain. Menikmati alunan musik sambil menggoyangkan tubuhnya di sana bersama banyaknya pengunjung tempat itu.