CHAPTER 46

5.6K 269 20
                                    

Cara gue mencintai elo mungkin nggak seperti cara matahari memeluk bulan. Cara gue mencintai elo itu mungkin seperti bumi yang tetap setia menanti hujan di saat gersang. Ada nggak ada lo perasaan gue nggak akan berubah secepat berlalunya musim.

A.L

❇❇❇

Bunga yang ditanam di pekarangan masih bermekaran sejak pagi, anak kucing itu sedari tadi bermain-main sambil mengikuti setiap langkah majikannya. Di sore yang teduh ini baru saja Mawar selesai menyirami tanamannya dan memberikannya sedikit pupuk. Setelah semuanya beres ia menyimpan kembali perkakas dan sisa pupuk tersebut ke dalam gudang yang ada di belakang rumahnya.

Rumah masih sepi, sejak kemarin ayahnya berada di Bandung untuk menyelesaikan tugasnya. Kini Mawar lagi-lagi harus tinggal sendirian bersama anak kucing peliharaan yang ia beli di toko hewan dengan ditemani Alvin sebagai temannya di rumah. Ya, lelaki itu bisa kapan saja mengunjungi Mawar, tapi tidak setiap waktu karena Alvin juga memiliki kehidupannya sendiri.

Mawar berjalan masuk ke dalam rumahnya agak cepat saat ia merasakan dadanya mendadak terasa sesak. Ia pun segera mengambil obat dari dalam laci dan segelas air mineral.

Jika sudah telat sedikit Mawar memang akan merasakan nyeri sekaligus sesak di dalam dadanya. Mengidap penyakit kelainan jantung membuatnya selalu bergantung dengan yang namanya obat. Pernah suatu kali Mawar sengaja tidak mengkonsumsi obat karena Alvin lupa dengan hari ulang tahunnya. Alhasil ia terpaksa masuk UGD dan Alvin harus menerima kemarahan ayahnya yang kala itu belum terbang ke Jerman.

Mawar memang sangat mencintai Alvin dan karena rasa cinta itu ia mampu bertahan sejauh ini. Bila tidak mungkin gadis itu tidak memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi kesendirian.

"Mawar, obatnya udah diminum?" suara itu terdengar dari arah ruang tamu, Mawar yang saat ini sedang berada di area dapur lantas berjalan hendak menemui sang pemilik suara.

Di sana ia mendapati Alvin baru saja meletakkan satu kotak sterofoam berisi makanan di atas meja. "Udah kok. Btw gimana ujiannya? Lancar?" tanya Mawar menghampiri Alvin. Air mukanya seketika berubah menjadi sumringah.

Alvin mengangguk. "Syukurlah lancar. Ujiannya nggak jauh beda sama yang ada di simulasi," jawabnya. "Gue bawain ayam geprek, nih. Ntar dihabisin ya."

Gadis cantik itu tersenyum. "Pasti gue habisin. Ngumpung ayam geprek, nih," kekehnya.

"Oh, ya," Alvin duduk. "Lukisan lo yang tentang peri itu udah nyampek mana?"

Mawar masuk ke dapur untuk meletakkan ayam geprek pemberian Alvin sejenak tanpa sempat menjawab pertanyaannya. Sambil menunggu, lelaki itu memutuskan untuk mengambil ponsel dari dalam sakunya dan mendapati grup whatsappnya penuh dengan perbincangan mengenai Tasya yang mengandung anaknya Ariel.

Alvin geleng-geleng kepala melihat itu semua dan memilih untuk menjejalkan ponselnya kembali ke dalam saku celana. Sama sekali tidak penting, batinnya.

Brakk..

Tiba-tiba terdengar suara seperti benda berukuran besar jatuh dari arah dapur. Spontan Alvin beranjak dari tempat duduknya menuju ke sana. Betapa terkejutnya dia saat mendapati Mawar tengah terkulai di lantai dengan kursi yang menindih tubuhnya.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora