CHAPTER 51

5.2K 299 12
                                    

🍭🍭🍭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍭🍭🍭

Mereka tiba di Dufan setelah satu jam lebih menghabiskan waktu di perjalanan. Beberapa menit yang lalu Windi juga telah menghubungi keluarga di rumah perihal dirinya yang akan pulang terlambat. Seperti rela-rela saja mengetahui putrinya akan pulang terlambat sang Bunda hanya menjawab pesan Windi dengan kalimat yang begitu sederhana, isinya: Oke, selamat bersenang-senang, ya. Kemudian tidak ada balasan lagi. Sepertinya sang Bunda sudah percaya pada pergaulan anaknya sendiri. Windi bisa bernapas lega karena orang-orang di rumah mau mengerti.

Gadis itu tidak habis pikir hari ini ia bisa berkencan dengan seseorang yang tidak akan pernah ingin ia kencani seumur hidup. Berkencan dengan musuhnya sendiri, Ariel Limantara, seorang laki-laki tampan yang sempat membuatnya mengalami penderitaan di Lavendius. Di sepanjang hidupnya yang baru jalan enam belas tahun ia baru berkencan dengan dua pria yang berbeda. Pertama Alvin dan yang kedua ialah pria misterius bertopeng venesia.

Setelah hari-hari melelahkan berlalu pada akhirnya takdir membiarkannya berkencan dengan musuhnya sendiri. Windi sendiri tidak tahu kenapa, kali ini Ariel memang dalam bahaya dan rasanya ia tidak mungkin membiarkan kejahatan semacam ini terjadi pada lelaki itu. Sensei karatenya pernah berkata, kita tahu perbuatan baik tapi memilih untuk berdiam diri itu sama saja seperti berbuat dosa. Begitulah kurang lebih, di samping itu hati kecilnya berkata bahwa dia harus melakukannya, entah atas dasar apa.

Ariel menatap wahana-wahana mengguncang adrenalin yang ada di depan matanya. Sebulir keringat menetes melalui pelipis lalu jatuh. Bagaimana kalau nanti muntah-muntah lagi seperti dulu? Tapi, Windi yang sudah mengajaknya ke sini maka dia harus memanfaatkan kesempatan emas ini.

"Oke, mau naik apa?" tanya Ariel memasang air muka percaya diri.

Windi menatap laki-laki itu dengan tatapan tidak yakin. "Lo biasa naik wahana kayak gitu kagak?"

Ariel menelan salivanya dan menjawab mantap. "Gue pernah ngadepin lima preman yang mau malak gue dulu dan gue jadi pemenang. Sekarang lo tanya bisa nggak gue naik wahana begituan, ya pasti bisa lah jawabannya."

"Lo yakin? Tapi sayangnya wahana itu bukan preman yang bisa lo gebukin gitu aja."

"Lo kok jadi ngremehin gue? Seisi Lavendius aja takut sama gue. Kenapa nggak dengan wahana?"

"Yakali wahana bisa takut sama elo. Aneh-aneh aja. Lo sapanya dia juga, ih."

Ariel mendesah berat. "Ya, udah. Biar nggak banyak omong mending lo pilih wahana yang paling serem di sini."

Windi manggut-manggut. "Oke, kicir-kicir aja, deh."

"Apaan tuh?"

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now