CHAPTER 23

7.3K 347 8
                                    

"Windi, lo tahu kabar Alvin yang dilempar batu kepalanya sama Ariel?" tanya Ray ngos-ngosan usai berlari menghampiri Windi yang sudah berada di tempat parkir bersama dengan sepedanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Windi, lo tahu kabar Alvin yang dilempar batu kepalanya sama Ariel?" tanya Ray ngos-ngosan usai berlari menghampiri Windi yang sudah berada di tempat parkir bersama dengan sepedanya.

Windi yang mendengar itu kontan terkejut. "Hah? Yang bener lo, Ray?"

"Iya, sekarang anaknya ada di UKS, lo coba cek aja. Kepalanya udah diperban tadi."

"Oke, gue ke sana. Thanks, ya," ujar Windi sambil menepuk bahu Ray kemudian segera berlari menuju UKS yang ada di gedung 2B.

Gadis itu kini cemas sekaligus marah. Ia tidak menyangka bahwa Ariel akan berani melakukan ini terhadap Alvin. Windi pikir hidupnya sedikit demi sedikit akan tenang karena perangnya dengan Ariel sudah berakhir. Namun ternyata dugaannya salah. Lelaki tampan itu masih saja bergelayut di hidup Windi.

Dua menit berlalu Windi tiba di UKS dan mendapati kepala Alvin ditutupi kain kasa dan perban. Lelaki yang tengah bersandar sambil ditemani oleh beberapa teman kelasnya itu sedikit terkejut dengan kedatangan Windi. "Lo belum pulang?" tanya Alvin pelan.

Gadis itu terdiam selama beberapa saat sambil menggigit bibir bawahnya. Menatap corak kemerahan di kepala Alvin yang tertupi oleh kain perban. Ia bahkan tidak tahu lebih awal dari Ray tentang kejadian yang menimpa Alvin hari ini. Sungguh perasaannya menjadi tak keruan. Antara sedih, marah, takut dan simpati. "Kok lo jadi gini, Vin?" tanya Windi penuh kekhawatiran, mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh Alvin.

Alvin hanya menghela napas dan tidak menjawab. Membuat teman yang ada di sebelahnya ganti menjawab. "Ariel lemparin dia batu. Sempat berantem, sih. Katanya tiba-tiba aja diserang sama tuh cowok."

"Diserang sama Ariel? Tapi kenapa?" kemudian kedua matanya beralih pada Alvin. "Vin, kenapa Ariel bisa nyerang lo? Apa yang udah terjadi sama kalian berdua?"

"Gue nggak tau. Tiba-tiba aja kerah gue ditarik ke belakang sama dia terus ditonjok," jelas Alvin. "Tadi gue sempet dikatain pengkhianat, pecundang, bangsat. Yaa, gue nggak tau kenapa. Habis gitu dia lemparin batu ke kepala gue."

Kedua tangan Windi terkepal bulat, ia tidak terima Alvin diperlakukan demikian oleh Ariel. Lelaki itu tidak boleh semena-mena dan menyakiti siapapun sekenanya. "Gue permisi dulu, Vin," kata Windi usai menjilati bibirnya sejenak.

"Lo mau kemana?"

"Gue ada urusan bentar!" Windi membalikkan badan, namun Alvin dengan segera menarik tangan gadis itu. "Vin?"

"Urusan apa? Lo mau negur Ariel? Udahlah, Win. Bukannya hidup lo bakalan damai kalo nggak berurusan dengan dia lagi?"

"Nggak!! Gue harus ngelakuin ini, Vin!! Ariel udah kayak parasit!! Please, lepasin tangan gue."

"Win, gue nggak mau lo diapa-apain sama Ariel! Cukup hari ini kepala gue aja yang kena, jangan lo!"

"Iya, dan gue nggak mau hal yang serupa terjadi menimpa lo. Jadi, tolong biarin gue buat bicara sekali lagi sama Ariel."

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now