CHAPTER 63

5.3K 258 32
                                    

Alvin berjalan menghampiri mereka dengan kening berkerut, laki-laki itu menatap keduanya secara bergantian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alvin berjalan menghampiri mereka dengan kening berkerut, laki-laki itu menatap keduanya secara bergantian. Sampai ia memutuskan untuk menarik mundur lengan Windi, memberi syarat pada Ariel agar ia tidak lagi berada di dalam posisi yang begitu dekat dengannya. "Win, sorry gue udah nyuruh lo buat nunggu di sini. Gue salah,"

Ariel menautkan kedua alisnya. "Maksud lo apa ngomong gitu?"

Kedua mata Alvin memicing, ia memutuskan untuk tidak mengindahkan pertanyaan Ariel. Dengan masih dirundung perasaan kesal Alvin memilih untuk menahan emosi yang meletup di dadanya, kemudian menggandeng Windi dan berjalan meninggalkan tempat tersebut. Namun belum sampai sepuluh langkah mereka ambil Windi terlebih dahulu berhenti berjalan, kemudian menatap Ariel yang masih berdiri di sana. "Tunggu--"

"Kenapa, Win?"

Gadis itu memejamkan kedua matanya keras selama dua detik lalu membukanya kembali. Jauh di dalam lubuk hatinya ia masih mencemaskan tentang keadaan Ariel yang kini tengah mengalami cedera. "Gue, nggak bisa ikut lo kali ini. Masih ada yang harus gue urusin sama Ariel,"

Alvin tercekat. Baru kali ini ia mendapati Windi menghentikan langkahnya hanya karena Ariel. "Lo ada urusan sama dia? Urusan apa?"

Dari tempatnya berdiri Ariel masih menyimak percakapan mereka berdua. Buku bersampul kulit cokelat masih berada dalam genggaman tangan laki-laki tersebut. Ia tahu setelah ini ia harus berlatih lebih keras, setidaknya kali ini Ariel melakukan hal yang benar.

"Ariel cedera punggung. Kalo nggak karena dia yang pengen nyelametin gue dia nggak akan ngalamin itu."

"Tapi lo liat sekarang, kan? Dia masih baik-baik aja, dia masih bisa masuk sekolah. Lantas apa lagi yang perlu lo khawatirin, Win?"

"Vin! Kenapa lo jadi egois, gini sih?!"

"GUE TANYA SEKARANG KENAPA LO HARUS SEPEDULI INI SAMA ARIEL??!!" Alvin menanyakannya dengan intonasi yang tinggi, membuat Windi menggedikkan bahu kala suara itu cukup membuat telinganya menjadi sedikit sakit. Bahkan hatinya, Windi tidak mengira Alvin bisa bersikap seperti ini.

Ariel yang mengetahui itu lantas berjalan menghampiri mereka dan menengahi. "Lo nggak perlu bentak Windi kayak gitu, Vin. Nggak seharusnya lo ngomong dengan cara sekasar itu."

Laki-laki berwajah oriental itu ganti menatap Ariel dengan tatapan tajam. "Bukannya lo yang selama ini suka kasar ke Windi? Siapa yang udah bikin dia menderita di Lavendius? Elo, kan?"

Ariel geram, salah satu tangannya terlihat tengah meremas keras buku yang ia pegang. Namun lagi-lagi ia ingat, baru saja ia mengucap janji pada Windi tepat sebelum Alvin datang di tempat itu meski gadis itu belum menyadari. "Gue emang pernah bikin dia menderita, tapi gue nggak akan biarin hal itu terjadi untuk yang kedua kali. Kalo gue jadi lo, gue nggak akan buang kesempatan itu apapaun alasannya!"

Alvin mendorong kedua bahu Ariel, tatapannya masih sama dan tidak sedikit pun berubah. Ia masih menatap Ariel tajam begitu juga sebaliknya. "Maksud lo apa ngomong gitu, eh?"

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now