CHAPTER 24

7.7K 373 12
                                    

Keluarga Limantara baru saja menikmati sarapan mereka berupa roti panggang selai nanas dan susu cokelat

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Keluarga Limantara baru saja menikmati sarapan mereka berupa roti panggang selai nanas dan susu cokelat. Hans masih berada di Jakarta dan baru besok ia akan kembali ke Singapura bersama dengan Ariel, anak sulungnya, untuk meresmikan Limantara City yang terletak di ibu kota negara itu. Proyek real estate bertaraf internasional yang sudah dibangunnya selama beberapa tahun kini membuahkan hasil manis. Sekian dari banyaknya pengusaha di sana berencana untuk berinvestasi dan menjalin kerjasama dengan Limantara Grup. Banyak yang harus dikerjakan oleh Hans, dan juga banyak yang harus Ariel pelajari sebagai pewaris dari perusahaan besar tersebut.

"Papa dapat kabar dari asisten Papa yang ada di Singapura. Ternyata sudah banyak pengusaha di sana mengantri untuk melakukan investasi," Hans mendesah lalu menyandarkan punggungnya. "Banyak yang harus Papa kerjakan. Tentu saja dengan bantuan Ariel."

Lelaki itu hanya memandang sekilas wajah ayahnya melalui ekor mata. Lalu menghabiskan gelas berisi susu cokelat miliknya. Anette yang memang tidak tertarik dengan dunia bisnis yang setengah mati digeluti oleh ayahnya lantas tak memberi respon berarti. Sejak mereka kecil Ariel sudah dijadikan pewaris permanen oleh Hans dan Wirajaya Limantara. Sementara Anette bebas memilih apa yang mau ia kerjakan di masa depan. Walau ia sedikit atau banyak harus mengambil bagian juga dalam mengusahakan perusahaan itu bersama saudara kembarnya kelak.

"Papa ikut kalian ke Lavendius hari ini," ujar Hans. "Banyak yang harus Papa periksa. Dan juga mengenai hasil beasiswa yang sudah diselenggarakan oleh sekolah, Papa dapat kabar sebelumnya bahwa siswi itu berasal dari SMA Bakti Luhur. Apakah kalian kenal?"

Ariel dan Anette saling berpandangan. Keduanya kini memikirkan hal yang sama dan terdiam. Tidak mereka sangka ayahnya menanyakan soal itu. "Kok diam? Kalian kenal?" Hans menanyakannya lagi.

Anette meneguk ludahnya. "Kenal, Pa. Dia adik kelas Anette."

"Oh, apa pekerjaan orangtuanya? Mengusahakan bisnis juga?" tanya Hans antusias. Sedangkan kening Ariel langsung berkerut samar.

Gadis itu mendadak bisu. Tak mungkin ia mengatakan bahwa ayah Windi merupakan seorang karyawan sedangkan ibunya hanya bekerja sebagai penjaga kios kecil-kecilan. Selama ini penerima beasiswa untuk bersekolah di Lavendius selalu didapat oleh anak dari pengusaha kalangan atas. Hans bisa bernapas lega setiap tahun karena tidak ada satu pun calon siswa/siswa dari kalangan kelas menengah seperti Windi yang lolos. Apa yang dilakukan Hans hanyalah bersifat formalitas agar Limantara Grup bisa dikenal oleh semua kalangan, termasuk dari kalangan kelas menengah seperti Windi. Namun ia sama sekali tidak bermaksud untuk meloloskan anak dari seorang karyawan biasa. Di mata Hans apapun yang dimiliki oleh Limantara Grup harus tetap terlihat sempurna.

"Loh, kok nggak jawab?" tanya Hans sekali lagi.

"Pa, ayo berangkat. Ini sudah hampir jam setengah tujuh." Ariel segera menghentikan pertanyaan bertubi-tubi dari ayahnya perihal siswi penerima beasiswa itu.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя