CHAPTER 36

6.1K 296 33
                                    

Akhirnya ketemu juga MV yang pas :D coba deh ditonton dulu biar bapernya dapat :D

🐸🐸🐸

Malam yang hening, Ariel tertidur di bangku kayu yang berada di sisi kanan kolam renang. Sejak tiga puluh menit yang lalu ia terlelap, mencoba menenggelamkan lukanya dalam dunia mimpi. Ia merasa cukup lelah hari ini, tidur adalah cara yang sempurna untuk mengumpulkan energinya kembali. Semilir angin yang bertiup, tidak cukup kuat untuk sekedar membangunkannya.

Anette yang baru tiba lantas membuka pintu kaca yang membatasi area kolam renang dan dalam rumah. Ia berjalan menghampiri Ariel kemudian mengambil wilayah kecil dari bangku itu untuk duduk. Sejenak ia memperhatikan wajah kakaknya yang menampilkan lebam biru di dekat mata dan ujung bibir. Ia tahu kalau Ariel habis berkelahi lagi dengan Alvin hari ini.

Siang hari saat Anette berpapasan dengan Alvin di sekolah..

Gadis itu baru saja mengambil tumpukan LKS Kimia dari meja guru untuk dibawa ke kelas. Saat ia sudah mengambil beberapa langkah menjauh pandangannya melesat pada sesosok jangkung yang baru saja melintas melewatinya. Anette berhenti dan berbalik. "Alvin?"

Alvin spontan menghentikan langkahnya dan menoleh. "Kenapa?"

Anette mendelikkan matanya kala melihat wajah Alvin yang terlihat habis dipukul. Di bibir lelaki itu terdapat darah segar yang sudah mengering, lebam di area mata dan pipi yang memerah. Anette langsung berlari kecil menghampiri lelaki itu. Perasaannya mendadak jadi tidak enak. "Lo kenapa?"

Alvin mendesis sejenak lalu menjawab. "Nggak apa-apa."

"Karena Ariel lagi?" Anette mencoba menebak.

"Iya, ini masalah kita berdua. Lo nggak perlu ikut campur," pungkas Alvin sarkastis. Seolah-olah ia tidak ingin mengatakan apa yang sebenarnya sudah terjadi antara dirinya dengan Ariel.

"Iya tapi apa? Soal Windi?"

Alvin terdiam selama beberapa saat, ia mengambil waktu untuk berpikir sebelum menjawab. "Kurang lebih seperti itu. Gue rasa Ariel udah jatuh cinta sama Windi. Untuk lebih detilnya gue nggak perlu buat kasitau ini ke elo."

Sejenak Anette mencoba memahami. Benar juga, ini adalah urusan mereka. Ia tidak ingin memperumit keadaan dengan mencoba mencari tahu apa yang sebenernya sedang terjadi. Ia memutuskan untuk tidak mencecar mereka lebih lagi."Oh, gue juga nyangkanya gitu, Vin."

"Lo tahu?"

"Iya. Waktu dia dapat kabar Windi masuk rumah sakit karena kejadian di lab tempo hari, Ariel nekat balik duluan ke Jakarta buat tahu keadaannya Windi. Dia sampai nggak ijin ke bokap. Dan setelah nyampek di rumah sakit dia tahu kalau Windi ternyata udah pulang. Dia juga sempet pingsan sampai ada dua bapak-bapak nganterin dia ke rumah."

Alvin terhenyak, ia memang tidak tahu soal ini. "Segitunya?"

Anette mengangguk. "Gue rasa Ariel emang beneran ada rasa sama Windi. Tapi perasaannya kali ini berbeda dengan cewek-cewek yang dulu sempat dipacari sama Ariel. Kali ini gue jamin kalo dia itu tulus."

Kali ini Alvin merasa sangat tertohok. Ia malu pada dirinya sendiri, Ariel yang begitu dikenal bejat dan kejam bisa nekat melakukan hal semacam ini hanya untuk sekedar mengetahui keadaan Windi. Sedangkan dia justru pernah menyia-nyiakan gadis itu dan mencoba melupakan apa yang pernah terjalin di antara mereka sebelum takdir mempertemukan mereka kembali.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu