CHAPTER 5

10.5K 575 53
                                    

Joy Ariel Limantara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Joy Ariel Limantara

"Gimana sekolahnya?" tanya Bunda antusias kala tahu putrinya sudah tiba di rumah.

Gadis itu menanggalkan sepatu dan kaos kakinya terlebih dahulu lalu meletakkannya. "Oke-oke aja," jawabnya yang sebenarnya ingin bilang: Oh, kurang menyenangkan.

Bunda menghembus napas lega. "Syukurlah. Dapat banyak temen di sana?" tanya Bunda lagi sambil menyiapkan makan siang untuknya.

"Iya, lumayan."

Padahal: Iya, lumanyun.

Windi hanya mengatakan apa yang bisa membuat hati bundanya tenang saja. Bila mengatakan yang sesungguhnya malah ia berpikir bahwa beliau akan membuatnya kecewa. Meski hari ini adalah awal yang tidak mengenakkan, dalam hati Windi berjanji untuk tetap bertahan agar tidak membuat Bunda sedih.

"Hey, Kak.. " Jojo yang tadinya damai berada di dalam kamarnya segera beringsut keluar, ikut mewawancarai kakaknya yang baru ingin melepas dahaga. "Enak sekolahnya? Luas banget ya di sana? Cewek-cewek di sana pasti cantik-cantik, kan?" tanyanya bertubi-tubi.

Windi duduk, hendak menyantap makanannya. Namun urung karena adiknya mengajukan serentetan pertanyaan. "Hmm.. Iya," lalu menyendokkan sesuap nasi dan sup ayam ke dalam mulutnya. Gadis itu bagai belum makan tiga hari karena saking lahapnya.

"Iya gimana, Kak?"

"Kakak kamu masih makan, Jo," sela Bunda seraya mencuci beberapa piring.

Jojo mengrenyit menatap kakaknya yang makan terlalu cepat. Ia curiga kakaknya itu tidak sempat makan saat jam istirahat. "Kak Windi nggak jajan, ya di sekolah?"

Windi menelan makanannya lalu meneguk segelas air sedikit. "Gimana bisa jajan kalo yang paling murah itu es teh seharga dua puluh ribu."

"Hah..?" Jojo dan Bunda tercengang di saat yang bersamaan.

"Iya.. Kentang goreng tiga puluh ribu, Cheese Burger lima puluh delapan ribu, Beef Steak tiga ratus lima puluh ribu untuk porsi mini, Spaghetti seratus ribu dan banyak banget makanan-makanan mahal lainnya,"

Jojo dan Bunda masih tercengang dengan mulut setengah terbuka di tempat. Seakan terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Gado-gado, bakwan, nggak ada gitu?" tanya Bunda.

"Duh, nggak ada Bunda. Ada di kios sebelah malah nawarin jenis makanan yang susah banget buat dieja, fettucin.. apa gitu,"

"Fettucini Alfredo?" Jojo mencoba meyakinkan.

"Nah, itu. Kok kamu tahu?"

"Iya, yang sering ada di film-film waktu adegan makan malam romantis,"

"Pantess.. " kemudian ia lanjut menyantap makan siangnya.

Bunda menghela napas. Ia seperti merasa bersalah. Ia berpikir ini awal yang bagus, memberikannya roti dan melipatgandakan uang sakunya. Namun malahan Windi bahkan tidak sanggup membeli minuman sama sekali di sana. Dan ketika pulang, putrinya tidak mengeluhkan hal itu.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now