CHAPTER 20

8.6K 392 12
                                    

Dengan hati-hati Windi mengobati luka di sudut bibir Alvin menggunakan kapas dan alkohol

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

Dengan hati-hati Windi mengobati luka di sudut bibir Alvin menggunakan kapas dan alkohol. Darah yang membeku perlahan terkikis, menampilkan lebam kebiruan di sana. Sesekali Alvin tampak meringis kala dinginnya alkohol menyentuh lukanya. Namun ia merasa senang karena yang mengobatinya adalah sahabatnya sendiri. Hal serupa terjadi ketika mereka duduk di bangku kelas dua sekolah menengah pertama. Alvin mendapatkan lukanya karena berkelahi dengan teman satu kelasnya sendiri. Lalu Windi mengobatinya dengan alkohol dan kapas lembut.

"Kok senyum-senyum?" Windi lantas berhenti menempelkan kapas itu di sudut bibir Alvin karena seulas senyum yang mendadak muncul.

Alvin mengambil alih tangan Windi lalu menempelkan kapas itu di sudut bibirnya yang luka. "Ngapain berhenti?"

Gadis itu menelan ludah, jantungnya kini berdetak kencang. Tak ingin berada di situasi itu ia segera menarik tangannya. "Udah tahu luka, masih aja gitu," Windi memanyunkan bibirnya sebentar.

"Lo lucu kalo manyun gitu, kayak bebek." Alvin terkekeh.

"Mulai!"

"Lari?"

"Alvin!!"

"Bercanda-bercanda," lanjut Alvin lalu membenarkan posisi duduknya. "Lo inget? Kejadian ini persis sama kejadian waktu kita SMP dulu. Gue berantem sama Varo karena dia udah ngejek lo, terus malah lo balik ngebela gue."

"Iya, Varo. Dia yang selalu ngatain gue pendek. Gue kira dia cuma bercanda tapi lo malah gebukin dia," Windi tertawa kecil."Walaupun pendiem tapi lo sering banget babak belur gara-gara berantem. Berantemnya karena ngebela orang-orang yang ada di sekeliling lo."

"Seharusnya gue pinter karate dulu kayak lo. Bukan cuma masang modal nekat. Kesannya kan aneh aja kalo pada akhirnya gue babak belur."

"Iya, karena lo nggak akan ngebiarin orang yang lo sayang terluka duluan. Maka lo biarin diri lo yang dilukai sebagai ganti."

"Dan lo nggak akan biarin orang yang lo sayang terluka karena lo."

Keduanya saling beradu senyum. Sepasang sahabat yang telah saling mengenal sejak kecil. Meski sempat terpisahkan perasaan mereka tidak pernah berubah satu sama lain. Mereka tetap ingin saling melindungi.

Alvin menghela napasnya panjang lalu mengambil posisi duduk mengenyamping, menatap tembok putih tak bercela yang ada di hadapannya. "Gue seneng, akhirnya Ariel mau mengakhiri perangnya sama lo. Tapi, gue nggak habis pikir kalo lo bisa berlutut di depannya. Gue tahu lo orangnya nggak kayak gitu. Lo nggak pernah mau kalah."

"Iya, tapi lama-lama gue capek. Selain itu, gue nggak mau lo jadi korbannya dia. Cukup gue, lalu selesai," Windi tersenyum sumir.

Beberapa detik mereka tenggelam dalam hening. Hingga tangan Alvin terulur mengusap puncak rambut gadis itu lembut. Lantas Windi menoleh, menerima senyum yang lelaki itu berikan padanya.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz