CHAPTER 47

5.5K 256 36
                                    

Sikapnya nyebelin banget tapi selalu berujung romantis. Lo tahu maksud gue? Kodok!

**

Lelaki itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi mobil usai mengantarkan Tasya dan kedua asisten rumah tangganya kembali pulang dengan selamat. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak terjadi apa-apa pada kandungan Tasya alias aman. Dokter yang memeriksa gadis itu berkata bahwa ia hanya kelelahan saja dan bayinya masih sehat.

Ariel yang awalnya datang berniat meminta Tasya menarik kembali gosip itu malah tidak membuahkan apa-apa. Setelah Tasya selesai diperiksa ia terlalu lelah untuk kembali memaksa bumil muda itu melakukan hal yang diinginkannya. Yakni memberikan kebenaran bahwa anak yang dikandung Tasya bukanlah anak Ariel. Ia tidak mau perdebatan tadi membuat Tasya kembali mengalami kontraksi lagi. Ariel tidak ingin direpotkan oleh mantannya lagi.

Di sore yang teduh ini Ariel memutuskan untuk tidak langsung pulang. Dia masih berada di dalam mobil yang ia tepikan di dekat pertokoan.

Orang-orang lalu-lalang melintas melewati mobil sport Ariel. Dalam hening yang menenangkan Ariel memejamkan kedua matanya. Lagi-lagi Windi yang muncul di alam pikirnya. Ia pun bertanya-tanya di dalam hati, bagaimana bisa perasaan seperti ini tumbuh begitu subur di saat rasa sakit dan patah hati tiada henti menghujamnya? Mengapa hati kecilnya selalu berkata bahwa semuanya belum selesai? Mengapa hati kecilnya sangat ingin melindungi Windi? Mengapa hati kecilnya tidak pernah bisa merasakan benci seperti ia membenci Agnes yang sudah melukainya? Dan semua pertanyaan yang memberondong itu tidak kunjung mendapat jawaban. Windi adalah gadis biasa yang kini berhasil membuatnya masuk ke dalam situasi yang luar biasa. Ariel mencoba melewatinya dengan sekuat tenaga.

Perlahan Ariel membuka matanya, tepat di sampingnya ada sebuah toko boneka. Di etalase toko itu terdapat boneka kerokerropi yang terpajang sendirian. Sedangkan beberapa boneka lain seperti Doraemon dan Hello Kitty baru saja mendapatkan pemilik mereka, yakni anak-anak kecil yang dibawa oleh para orangtua.

Ariel mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh boneka kerokerropi itu. Berada sendirian di dalam etalase, menunggu seseorang datang menjemputnya untuk merasakan dekapan yang begitu membahagiakan. Rasanya cukup menyakitkan, menjadi kodok yang sedang menanti sendirian. Dia masih sangat ingat, Windi sendiri yang menyebutnya sebagai kodok. Hewan yang paling dibenci oleh gadis itu. Dan hingga sekarang Ariel masih menganggap dirinya seperti kodok yang begitu dibenci oleh Windi.

Lelaki itu menghela napas pelan. Ia kemudian mengambil dompet yang ia letakkan di dalam dashboard lalu keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam toko itu.

"Mbak, saya ambil boneka kodoknya," pinta Ariel pada salah satu petugas yang berjaga di toko itu.

"Kerokerropi, ya?" katanya memastikan.

"Iya dah terserah pokoknya kodok yang di etalase itu."

"Sebentar, ya, Mas."

Petugas itu membuka kunci etalase dan mengambil boneka kodok yang diinginkan oleh Ariel. Kemudian ia meletakkannya di atas meja kasir lalu berkata pada Ariel. "Silahkan di meja kasir, Mas."

Ariel mengangguk samar kemudian berjalan menghampiri meja kasir untuk melakukan pembayaran. Lelaki itu merogoh kocek sebesar empat ratus ribu untuk mendapatkan boneka tersebut.

"Terima kasih," kata petugas kasir sambil memberikan boneka yang sudah dimasukkan ke dalam paper bag pada Ariel. "Buat pacarnya ya, Mas?"

Ariel membulatkan kedua matanya selama beberapa detik. "Nggak ada pacar."

Bad Boy In Love [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя