CHAPTER 89

3.7K 190 24
                                    

I love you, Rose

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

I love you, Rose

🌹🌹🌹

"Saya ingin bicara pada Presdir," kata Anette melalui ponsel.

[Presdir sedang ada urusan saat ini, Nona. Saya akan mengabarkannya nanti pada beliau jadi mohon bersabarlah]

"Beritahu saya jika Presdir sudah selesai dengan semua urusannya. Saya sebagai anak perempuannya ingin bicara,"

[Baik, akan saya laksanakan setelah ini] 

Kemudian Anette memutuskan sambungan dan terduduk lemas. Hari yang tidak akan pernah sangka terjadi hari ini, pertemuan singkatnya dengan Joe memaksa gadis itu untuk berpikir lebih keras. Satu pertanyaan yang kini mencuat di dalam batinnya, mengapa ayahnya harus berbohong? bahkan kebohongan itu mengorbankan seluruh kebahagiaan dirinya dan Ariel. Kini ia ragu apakah Hans masih memiliki nurani atau tidak, tapi satu yang Anette tahu. Hatinya kembali terasa sakit karena pria yang membuatnya hadir di dunia justru mengecewakannya.

Gadis itu memeriksa ponselnya kembali. Ingin ia menanyakan hal itu pada Agnes dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuanya. Saat ini kontak wanita tersebut yang muncul dari balik layar touchscreen.

Calling Mama Agnes...

"Net, lo dimana?"

Anette tercekat kala suara Ariel terdengar mencari keberadaannya. Ia memilih untuk mengurungkan panggilan ponselnya terhadap Agnes dan berdiri, mengambil satu sampai dua langkah dari tempatnya hingga Ariel lebih dulu menemukannya.

"Kenapa?" tanya Anette sambil menjaga sikapnya sewajar mungkin.

Ariel menyipitkan matanya, menatap Anette bagai tengah melakukan scanning pada seorang asing. "Lo kok di sini? Biasanya langsung di kamar,"

Kebetulan gadis itu tengah berada dalam sebuah ruangan terbuka yang menghubungkannya dengan halaman belakang. Biasanya tempat itu adalah tempat dimana anak-anak keluarga Limantara bermain saat kecil, namun setelah bertahun-tahun tempat itu lebih sering dikunjungi oleh penjaga kebun dan beberapa asisten rumah tangga.

"Nggak apa, lagi pengen di sini aja," ujarnya. "Kenapa? Ada apa lo nyari gue?"

Ariel berjalan mendekat, memberikannya sekantong plastik berisi cilok yang masih hangat. "Hidup lo bakal terasa lebih hidup kalo pernah nyoba makanan ini,"

Gadis itu sejenak melirik plastik berisi cilok tersebut hingga memutuskan untuk menerimanya. "Makasih, Riel."

Ariel menyunggingkan senyum, sesaat setelah ia berbalik ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk muncul dari balik layar, pesan tersebut datangnya dari Alvin.

Bad Boy In Love [COMPLETED]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें