CHAPTER 53

4.9K 281 18
                                    

Then she saved me

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Then she saved me

🍁🍁🍁

Tepat di depan gerbang utama Ariel memberhentikan mobilnya kemudian melenggang masuk ke dalam sekolah. Biasanya gerbang di atas jam enam petang sudah ditutup oleh petugas, namun rupanya mereka yang mengaku tengah menyekap Windi sudah menyabotase tempat tersebut demi sebuah aksi.

Cemas, khawatir, marah, bercampur menjadi satu dalam dada Ariel. Titik-titik keringat bermunculan di keningnya seiring dengan bertambah besarnya perasaan cemas itu. Ia mulai mempercepat laju larinya menuju gudang belakang sekolah, sampai sesuatu seperti balok kayu keras menghantam punggung jangkung laki-laki tersebut.

Bugghh..!!

Ia jatuh tersungkur lalu meringis kesakitan. Langkahnya pun sempat terhenti di sana, ia menoleh, menatap tajam dua orang lelaki bermasker hitam di belakangnya yang tengah membawa senjata tumpul masing-masing. Salah seorang dari mereka hendak memukul kepala Ariel dengan tongkat kasti, namun dengan gerakan cepat Ariel segera menghindar kemudian bangkit berdiri sambil berusaha menahan nyeri luar biasa di punggungnya.

Ariel mencoba memberi perlawanan dengan menangkap balok kayu yang terarah tepat di atas kepalanya, lalu memberikan tendangan di perut orang itu hingga jatuh terlentang. Berikut juga dengan seseorang yang sedang membawa tongkat kasti, Ariel yang sudah terbiasa berkelahi bisa melakukan perlawanan berarti pada mereka. Setelah kedua orang itu tumbang ia pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju gudang.

Ketika tiba ia mendapati ruangan yang penuh dengan sisa praktikum dan perkakas sekolah itu sudah dipenuhi oleh banyak orang. Wajah mereka tertutup masker hitam, secara serempak mereka menoleh pada Ariel yang baru saja tiba sambil menahan sakit. Di tengah-tengah kerumunan itu ada seseorang yang tengah berlutut, kedua tangannya diikat ke belakang dan kepalanya diselubungi kain hitam.

Lelaki itu mendelikkan kedua matanya yang sudah memerah, "Windi?" gumamnya lirih. Kemudian pandangannya terarah pada mereka yang tengah mengerumuni orang itu. "Kalian bikin satu helai rambutnya jatuh gue bakal--"

Kata-kata Ariel terhenti kala salah satu dari kerumunan itu mengeluarkan sebilah belati dan menempatkannya tepat di dekat leher orang yang tengah diselubungi kain hitam itu. "Ja-jangan, ja-jangan apa-apain dia," mohon Ariel terbata.

"Kalo lo nggak mau dia kenapa-kenapa, lo berlutut sekarang!!!" titahnya yang masih sambil memegang sebilah belati.

Tubuh Ariel seketika melemas, ia pun menjatuhnya dirinya di hadapan mereka. Berlutut begitu saja tanpa sempat melakukan perlawanan kedua dengan bibir yang sedikit gemetar.

"Ikat tangannya sekarang," dan salah satu dari mereka mengambil sebuah tali tampar dan mengikat kedua tangan Ariel ke belakang. Lelaki itu mengangkat wajahnya sedikit, menatap sendu seseorang di hadapannya yang juga sama-sama berlutut. Hanya karena menginginkan keselamatan Windi ia sampai menghempaskan dirinya begitu saja bagai tidak memiliki daya sedikit pun. Kini ia mempersiapkan segenap hatinya untuk apa yang akan terjadi setelah ini, Ariel berusaha tegar.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now