CHAPTER 49

5.6K 265 5
                                    

Windi menghempaskan tasnya di atas tempat tidur dan duduk

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Windi menghempaskan tasnya di atas tempat tidur dan duduk. Tepat di dalam genggamannya adalah liontin bintang pemberian Alvin beberapa tahun lalu yang lagi-lagi putus. Ia mendesah berat, setelah sekian lamanya benda itu awet menggantung sebagai gandulan ponsel kini malah terjatuh sampai tiga kali.

Gadis itu menatap ke langit-langit selama beberapa saat usai menyibakkan poni simetris yang menutupi keningnya. Masih segar dalam ingatannya seluruh kejadian yang ia alami bersama Ariel beberapa hari terakhir. Mulai dari diberikan botol minum, berciuman, digendong, mendapatkan gantungan kunci berbentuk kepala kodok, ditempelkan tato tempel di punggung tangan, pembelaan dan pelukan. Semua kejadian itu terputar bagai fragmen film dalam otak Windi.

Dalam hening Windi menggigit bibirnya keras-keras kemudian berjalan menghampiri laci meja belajar. Dari dalamnya ia memungut gantungan kunci berbentuk kepala kodok yang sengaja dititipkan oleh Ariel padanya beberapa hari lalu.

Lantas Windi bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa perlakuan Ariel belakangan ini sangat berbeda? Apakah benar apa yang dikatakan oleh Riko dan Alvin bahwa Ariel telah jatuh cinta padanya? Tapi kenapa? Dan.. Untuk apa Windi sekarang mulai memikirkannya setelah apa yang sudah ia alami karena ulah Ariel? Windi menggelengkan kepalanya cepat kemudian menepuk-nepuk pipinya. Tidak mungkin, pasti tidak mungkin, batinnya mengelak. Ariel adalah seorang player nomor satu di Lavendius dan Janice telah memperingatinya.

Dengan gerakan cepat ia memasukkan kembali gantungan kunci kodok tersebut ke dalam laci meja belajar kemudian berkacak pinggang. "Awas lo macem-macem lagi sama gue!" ketusnya sambil menatap tajam laci meja belajar. "Gue bakal kutuk lo jadi kodok beneran! Dasar brengsek!"

"Kakak ngomong sama siapa?!" seru Jojo dari balik pintu kamar kakaknya kala mendengar suara seperti ribut dari dalam.

Windi menggaruk-garuk kepalanya panik. "Nggak kok, lagi latian drama aja!" alibinya.

**

Baru saja Alvin menibakan Mawar kembali pulang ke rumahnya dengan selamat menaiki mobil Jazz. Tepat di depan teras rumah Om Rudi tampak sengaja menunggu kedatangan mereka berdua.

Saat mendengar suara deru mobil mengetuk gendang telinganya Om Rudi segera bangkit berdiri dan berjalan menghampiri mobil yang terparkir tepat di depan pagar.

Ketika Mawar meletakkan salah satu kakinya di atas paving Alvin pun langsung memegangi lengannya dan membantu gadis cantik itu berjalan. Begitu juga dengan sang Ayah yang langsung menanyakan perihal keadaan anak tunggalnya itu. "Gimana keadaan Mawar, Vin? Kambuh lagi? Telat minum obat lagi?" tanya Om Rudi bertubi-tubi. "Mawar gimana? Ngerasa enakan sekarang?"

Mawar menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinganya lalu menjawab. "Mawar nggak apa-apa kok, Pa. Cuma kecapean aja kata Dokter."

Kemudian kedua mata Om Rudi beralih pada Alvin sebagai isyarat bahwa ia harus memberi penjelasan perihal Mawar yang kemarin mendadak masuk rumah sakit. "Iya, Om kata Dokter lagi kecapean aja, terus agak telat minum obatnya," Alvin menundukkan kepalanya sedikit. "Saya minta maaf, Om."

Bad Boy In Love [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя