CHAPTER 75

4.4K 240 10
                                    

"Sekarang kamu coba datangi, Alvin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sekarang kamu coba datangi, Alvin. Minta maaf sama dia," titah Bunda pada anak tertuanya yang kini duduk dengan kepala tertunduk.

Jojo memberitahukan apa yang terjadi tadi siang pada Bunda. Mengenai sikap Windi yang terkesan acuh pada Alvin ketika ia datang untuk memastikan bahwa gadis tersebut baik-baik saja. Sebenarnya Windi juga merasa tidak enak dan berniat untuk meminta maaf atas sikapnya tadi, ia berharap Alvin benar-benar bisa memakluminya. Hari ini ia merasa sangat lelah, hal yang terus ia pikirkan ialah Ariel.

"Iya, Bun," gadis itu bangkit berdiri lalu menghela napas. "Windi ngambil cardigan dulu di belakang pintu."

Bunda mengangguk, selama ini yang ia tahu anak gadisnya tidak pernah bersikap demikian. Mengacuhkan orang lain yang tengah mencemaskannya. Mungkin benar Windi merasa sangat lelah, tapi selelah apapun dia gadis itu tak akan mungkin melakukan hal tersebut apalagi terhadap Alvin. Laki-laki yang telah menjadi sahabat dan teman sepermainannya sejak kecil.

Usai mengenakan cardigan yang ia ambil di dalam kamar ia pun pamit kepada Bunda dan Ayah yang tengah sibuk menyaksikan acara di TV. Seperti tengah bermusuhan Bunda bahkan tidak mengatakan kata 'hati-hati' pada anaknya seperti yang sudah-sudah ketika Windi hendak pergi. Bunda memang kesal dengan sikap anaknya yang berbeda kali ini.

Windi keluar dari dalam rumah dan melihat sepedanya masih berada di area teras. Entahlah, tapi malam ini ia memutuskan untuk tidak menggunakan sepedanya itu. Ia pun berjalan menyusuri gang dan keluar, menoleh ke kanan dan ke kiri sambil melambaikan tangan pada Ojek yang kebetulan lewat saat itu.

Ia pun mengenakan helm dan naik di belakang. Motor itu lantas melaju dengan kecepatan standar sedang angin malam bertiup agak kencang ke arah mereka. Windi menengadahkan kepalanya ke langit, awan hitam tampak menggeremubul, menutupi cahaya rembulan di atas beserta balatentara bintang. Windi merasa sebentar lagi mungkin hujan akan turun.

Begitu sampai di sebuah rumah dengan halaman depan yang agak luas gadis itu pun turun dari motor dan memberikan ongkos.

Selama beberapa saat Windi mempersiapkan diri lalu menggeser pagar yang kebetulan tidak tergembok. Ia berharap Alvin bisa kembali enak diajak bicara kali ini sehingga tidak melibatkan emosi apapun di antara keduanya.

Bi Minah tiba-tiba saja membuka pintu sesaat tangan jari Windi hendak menekan bel rumah. "Tunggu, Neng Windi, kan?"

"Iya, ini Bi Minah, kan?" tanya gadis itu sumringah. "Apa kab--,"

"Coba atuh ke dalam, neng. Mereka lagi kayak ribut-ribut."

Windi mengernyit bingung. "Siapa yang ribut-ribut, Bi?"

"Lihat aja udah, Bi Minah nggak enak yang mau menengahi. Kebetulan juga Neng Windi datang ke sini, coba gih masuk aja."

Sejenak Windi berpikir. "Ya, udah, Bi. Saya masuk, ya,"

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now