CHAPTER 26

7.2K 343 3
                                    

Anastasia Eve Limantara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anastasia Eve Limantara

Singapore Changi Airport masih ramai seperti hari yang sudah-sudah. Seorang gadis muda berambut panjang kecokelatan tengah memegang sebuah papan nama dengan didampingi dua orang ajudan berjas hitam di kanan kirinya. Wajah gadis itu masam, beberapa kali ia mendesah kesal lantaran sudah berdiri di tempat itu kurang lebih tiga puluh menit tanpa diijinkan duduk.

"Om, mau pipis, pegangin dong dulu," pinta gadis itu sambil menawarkan papan putih kecil bertuliskan Here's Limantara pada ajudan yang berdiri di samping kirinya. "Nggak lama, cuma lima menit aja, ya."

Ajudan itu berdehem. "Maaf, Nona Eve. Ibu Helen Limantara tidak mengijinkan anda untuk melangkah lebih jauh lagi dari tempat ini sebelum Presdir datang."

"Ye, kan ngumpung belom dateng gue mau pipis dulu. Kalo keburu ngompol gimana?" Eve masih mencoba melakukan kompromi. "Lagian baru aja dua hari balik ke Indonesia udah minta tolong buat dijemput segala. Manja bener,"

"Sekali lagi maaf, Nona Eve."

Kesal, ia pun menghentakkan kakinya di atas lantai. "Mudah-mudahan pesawat Om Hans nyasar di kebun binatang! Amin, amin! Gue mohon ya, Tuhan!"

Kedua ajudan itu hanya bisa menghela napas berat dan tak ingin menanggapi Eve terlalu lama. Gadis itu berada di bandara karena ditugaskan oleh Helen, ibunya sendiri yang juga merupakan adik Hans, untuk menjemput paman dan sepupunya di sana. Sebenarnya ia tidak perlu melakukan itu bila tidak berulah lagi di sekolahnya. Kemarin baru saja ia menyalakan kembang api saat jam pelajaran olahraga lalu mempermalukan nama ibunya. Usut punya usut Eve digadang-gadang menjadi the most wanted girl di sekolahnya, Singapore National High School.

Sebelumnya Eve pernah bersekolah di Indonesia dan sempat satu atap selama satu tahun bersama Ariel dan Anette saat mereka duduk di bangku sekolah dasar. Tapi hal itu tidak bertahan lama karena Ariel tidak kuasa menahan perlakuan Eve terhadapnya. Berkali-kali mereka berkelahi dan ujung-ujungnya Ariel yang jadi korban. Karena tidak pernah akur Helen dan Hans memutuskan untuk memisahkan Ariel dan Eve. Namun sekarang Eve sudah besar, kelihatannya sangat konyol jika mereka harus berkelahi lagi.

Eve mulai jengah, ia pun memikirkan sebuah ide untuk bisa melepaskan diri dari tugasnya itu. "Oh, gosh! Perut gue, oh no!!!" gadis itu berakting tanpa memikirkan keadaan sekitar yang bisa saja langsung menatapnya aneh. "Om, tolong, perut udah melilit! Udah ganjel di ujung!!"

Para ajudan itu pun mendadak panik, pasalnya Eve benar-benar jago dalam melakukan aktingnya. Bahkan sampai terduduk meringis dan berseru nyaring sembari mengusap perutnya, orang-orang yang berada di sekitarnya lantas menghentikan langkah, menatap Eve bingung.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now