CHAPTER 39

5.7K 272 34
                                    

Lo pernah nonton Moana, nggak? Tahu tokoh sejenis bukit atau pulau yang namanya Te' Fitti?

🐸🐸🐸

Windi membuka kedua matanya perlahan kala suatu benda mengenai kepalanya lalu jatuh bergulir di atas paving.  Saat keduanya terbuka sempurna gadis itu langsung mengerutkan keningnya dan bergumam. "Kodok?"

Ya, tepatnya gantungan kunci berbentuk kepala kodok kerokerropi yang mengenai kepalanya lalu jatuh. Masih dalam keadaan heran Windi mendongakkan kepalanya sambil menyipitkan mata. Kemudian ia mendapati Riko dan Aldi tengah tertawa sambil melambaikan tangan ke arahnya dari balkon gedung.

"Loh, kok?" Janice menggedik bingung hingga tak sempat mengatupkan mulut karena saking terkejutnya. "Harusnya ini kan tepung. Kok bisa--?"

Tak berapa lama kemudian Ariel tiba di area itu sambil menyeret kasar seorang siswa dari dalam gedung. Windi yang tahu itu langsung menelan ludah dan mengambil beberapa langkah mundur. Kini dua orang yang begitu ingin ia hindari malah berada tepat di hadapannya.

"A-Ariel?" gumam Janice tersendat-sendat. Air muka panik bercampur takut tersirat jelas di wajahnya.

Ariel mendengus berat lalu menghempaskan siswa itu secara kasar hingga wajahnya sempat mengenai paving. Masih belum berkata-kata lelaki itu mengangkat tangannya yang lain dan menunjukkan kantong plastik transparan berisi tepung kanji pada Janice selama beberapa detik."Seharusnya yang ini, kan?" tanya Ariel kemudian.

Janice tertunduk, titik-titik keringat dingin mulai bermunculan di keningnya. Ia tidak menyangka Ariel mengetahui rencana yang akan ia lakukan terhadap Windi untuk melampiaskan kekesalannya pagi ini. Dalam hati Janice bertanya-tanya, bagaimana bisa?

"Lo pikir gue nggak tahu rencana lo?" Ariel menyunggingkan senyum. "Lavendius dan seisinya nggak akan pernah lepas dari pantauan gue. Lo harus tahu itu," kemudian Ariel mendekat menghampiri Janice yang masih dalam keadaan tertunduk.

Area itu mulai dikerumuni oleh para warga Lavendius yang kebetulan tengah melintas. Rupanya kehadiran Windi, Ariel dan Janice benar-benar sudah menarik perhatian mereka yang hendak berjalan menuju gedung masing-masing.

"Jan, lo buat apa pagi-pagi beli kanji sama cowok? Ada praktikum apa?" tanya Ariel sarkastis. "Eh, kok praktikum. Lo, kan anak IPS."

Gadis cantik berbibir ranum itu lagi-lagi menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang akan Ariel lakukan padanya setelah ini di muka umum. "I-itu--"

Tanpa sempat membiarkan Janice berkata-kata lebih Ariel sudah terlebih dahulu menaburkan tepung kanji itu di atas kepala Janice hingga membuat seluruh para warga Lavendius yang berada di sana terperanjat. "Ini, kan yang mau lo lakuin?"

Janice memejamkan kedua matanya sembari menahan malu. Kini rambut, seragam dan tubuhnya telah dipenuhi tepung kanji pembeliannya sendiri. Ia tidak tahu harus berkata apa pada Ariel karena dia jelas-jelas sudah tertangkap basah.

Windi yang menyaksikan itu lantas meringis. Tiba-tiba saja terselip rasa tidak tega ketika ia melihat Janice yang tetap saja diam ketika Ariel menaburi kepalanya dengan tepung. Ia tahu jelas rasanya diperlakukan demikian di depan umum. Rasanya sangat menyakitkan. "Ariel berhenti!" titah Windi dengan nada yang sedikit bergetar.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu