CHAPTER 30

7.1K 319 14
                                    

Windi merasa lebih baik hari ini meski kondisi tubuhnya belum seratus persen fit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Windi merasa lebih baik hari ini meski kondisi tubuhnya belum seratus persen fit. Ia pun memutuskan untuk pulang lebih awal setelah mendapat ijin dari dokter. Alvin juga masih berada di sana dan mengorbankan dua harinya untuk absen masuk sekolah. Tadi pagi gadis itu sudah menyuruhnya untuk pulang agar ibunya saja yang datang menjemput. Namun Alvin bersikeras untuk tetap bersama Windi hingga mengantarnya kembali ke rumah dengan selamat.

Di saat yang bersamaan gadis itu merasa iba sekaligus simpati ketika menatap Alvin yang kini sibuk mengemasi beberapa barang Windi berupa baju ganti, obat dan minyak kayu putih. Matanya terlihat lelah, berikut juga wajahnya yang sedikit berminyak dan memucat. Windi berpikir seberapa besarkah rasa bersalah yang tengah membelenggu lelaki berwajah oriental tersebut?

Sejenak Windi berganti menatap cermin yang ada di hadapannya. Rambutnya sekarang jadi bertambah pendek, bukan sebahu lagi, tapi seleher. Ia mencoba mengulas senyum dan meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ya, sebentar lagi ujian tengah semester dimulai, ia harus segera bisa beraktifitas kembali seperti biasa. Ia pun berharap dalam hati bila hal demikian jangan pernah terjadi lagi. Dan ia berharap Ariel tak akan pernah mengusik hidupnya lagi. Amin!

"Win, udah?" tanya Alvin usai mengemasi semua barang Windi di dalam tas.

Windi membalikkan badan. Untuk saat ini ia tidak bisa menoleh lantaran jahitan yang ada di tengkuknya masih segar. "Udah," ia tersenyum sedikit. "Lo udah ngikutin semua simulasi pra UTS?"

Alvin menjilati bibirnya sejenak. "Hari ini harusnya Fisika sama Bahasa Jerman. Tapi ya, udahlah."

Gadis itu melangkah pelan. "Jadi lo nggak ikut?"

Lelaki itu mengangguk samar. Ia agaknya menyesal karena sudah berkata jujur soal ia yang hari ini terpaksa tidak ikut simulasi pra UTS untuk mata pelajaran Fisika dan Bahasa Jerman. "Bisa ikut susulan. Gue udah suruh Bi Minah buat bikin surat ijin tidak masuk hari ini."

Suara dengung AC terdengar di antara hening yang mendadak menenggelamkan keduanya. Windi tidak menyangka bahwa Alvin akan mengorbankan waktu dan kesempatannya untuk mengikuti simulasi hanya karena ingin menjaganya selama di rumah sakit. Ia membatin, seperti apakah dirinya di mata Alvin sehingga ia harus melakukan semua itu hanya untuknya. Benar apa kata orang, Windi tidak terlalu cantik, tubuhnya tidak tinggi bahkan sedikit gendut, ia juga tidak memiliki segudang keahliaan dan prestasi untuk dibanggakan. Lantas apa yang menarik dari dirinya sampai Alvin melakukan semua ini?

"Tapi, seharusnya lo bisa ikut, Vin. Gue jadi nggak enak sama lo."

"Jangan," kata Alvin. "Please, jangan ngomong gitu lagi."

"Eh?"

"Karena kata-kata itu rasanya menyakitkan untuk didenger. Gue ngejagain lo bukan sepenuhnya gue merasa bersalah, tapi memang gue ingin," Alvin tersenyum sumir. "Lo nggak perlu khawatir ini itu soal gue yang udah ngejagain lo. Rasanya kayak gue mau diusir aja pas denger lo ngomong gitu,"

Bad Boy In Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now