CHAPTER 1

34.6K 1K 149
                                    

Windi Kartika Putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Windi Kartika Putri

Suasana pagi di SMA Lavendius yang semula tenang berubah menjadi heboh. Seorang siswi cantik berambut kecokelatan bernama Tasya berniat hendak melakukan aksi bunuh diri dengan cara terjun dari lantai tiga gedung sekolah. Para siswa-siswi bukannya khawatir atau mencari cara bagaimana Tasya bisa mengurungkan niatnya, malahan sibuk mengambil beberapa foto dari bawah dan menjadikan objek frustasi itu sebagai topik perbincangan hangat yang akan meramaikan sosial media mereka.

Para guru pun tidak tahu harus berbuat apa selain menghubungi polisi. Mereka tidak bisa mendekati Tasya lantaran gadis itu mengancam akan langsung terjun bila mereka mendekatinya yang sedang menangis histeris sedari tadi seraya meracau, menyebut sebuah nama yang sudah tidak asing lagi di sekolah itu.

Siapa lagi kalau bukan..

JOY ARIEL LIMANTARA

**

"Ariel, brengsek lo!" maki Anette yang masuk ke dalam markas Ariel beserta para komplotannya berada dengan cara membanting pintu berwarna cokelat tersebut.

Tempat persembunyian mereka tidak seperti tempat persembunyian para maniak SMA pada umumnya. Di sana terdapat berbagai macam fasilitas layaknya hotel.

Ariel bisa melakukan semua yang ia ingin temasuk membuat markas semacam ini. Tak hanya SMA Lavendius yang keluarga mereka miliki, tapi juga real estate, hotel berbintang, perusahaan mobil, rumah sakit, Universitas Lavendius dan beberapa industri. Tak terhitung berapa jumlah kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya, yang jelas keluarga besar Limantara adalah keluarga yang amat kaya dan disegani di Republik Indonesia.

"Lo nggak sadar apa yang udah lo lakuin?" kadar emosi Anette sama sekali belum menurun sejak ia tahu apa alasan Tasya ingin melakukan aksi bunuh diri.

Lelaki dengan tinggi seratus tujuh puluh delapan sentimeter itu menyunggingkan senyum. Ia masih berada di posisi yang sama, duduk dengan kaki menyilang sedang kedua tangannya terlipat manis di atas paha. "Emangnya gue yang maksa dia buat mau bunuh diri?" ujarnya yang membuat teman-temannya di sana tertawa kecil.

"Kalo lo nggak bisa ngehargain hati cewek mending nggak usah lo berani buat memulai hubungan. Banci lo!"

Selama ini Anette memilih untuk diam akan ulah kakaknya yang cenderung semena-mena terhadap para gadis selama ini. Bukan berarti ia tidak peduli, hanya saja ia sudah kehabisan cara bagaimana bisa membuat saudara kembarnya itu berubah. Ibaratnya Ariel sudah keras seperti batu, mau dibentuk menjadi bentuk yang baik apapun tidak akan bisa karena dia memang batu. Sangat keras. Anette tidak tahu harus berbicara apa lagi padanya, bahkan sampai mulutnya berbusa rasa-rasanya Ariel tidak akan mau repot-repot berpikir untuk itu.

Entah sudah berapa kali Ariel menghancurkan hati para lawan jenisnya. Setelah ia berhasil membuat mereka merasa seperti terbang di awan, Ariel membuat mereka jatuh ke dalam jurang secara mendadak bahkan tanpa persiapan. Tasya adalah contohnya, setelah dua bulan dipacari, Ariel memilih untuk memutuskan gadis itu tanpa alasan yang jelas. Bahkan ketika ia masih berstatus sebagai pacar Tasya, ia juga sering menggoda bahkan memacari gadis-gadis lain yang sudah masuk ke dalam perangkapnya.

Bad Boy In Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang