149. Wonwoo

13.8K 1.3K 39
                                    

Requested by sandamochi22

"KENAPA?! KENAPA HARUS BEGINI?"

Kau terlonjak kaget mendengar seruan tersebut dari dalam kamar kekasihmu. Kau segera berlari menuju kamar tersebut dan membuka kamar dengan sekali hentakan.

"Wonwoo?" Panggilmu saat menemukan dirinya berada di sudut ruangan di samping lemari.

Kau menahan nafasmu saat ia melihatmu dengan tatapan takut, cemas, kesal, dan entahlah.

"Kau..." Ujarmu tercekat. "Mendapat penglihatan lagi?"

Ia menatapmu tajam lalu memalingkan wajahnya.

Jeon Wonwoo, kekasihmu, merupakan seorang anak indigo yang memiliki kekuatan supranatural untuk melihat masa depan. Kau sendiri mengetahui hal itu ketika ia memaksamu untuk menjadi kekasihnya. Pada awalnya kau memang tidak menyukainya namun ketika kau mengenalnya lebih lanjut dan mengetahui kekuatannya, kaupun semakin mengerti dan mulai menyukainya.

Namun tak luput dari rasa sukamu, kau terkadang merasa takut dan sedih saat melihat kondisi Wonwoo yang terlihat kesakitan ketika ia mendapat penglihatan.

"Wonwoo, kau baik-baik saja?" Tanyamu khawatir seraya mendekat ke arahnya.

Wonwoo menggelengkan kepalanya sambil menutup matanya. Ia terlihat ketakutan dan terluka.

Kau berjongkok di sampingnya dan mengusap lembut punggungnya.

"Aku... baru saja melihat..." Wonwoo menghela nafas panjang.

"Melihat apa?"

"Kau."

Kau mengerjabkan matamu. "Aku?"

"Iya, kau."

"Lalu apa anehnya?"

"Kau meninggal."

Seketika itu juga kau membeku.

"Kau dan aku sama-sama meninggal di sini."

"Hah?"

"Terjadi gempa bumi yang kuat dan kita tidak akan selamat." Ujar Wonwoo murung.

Kau menatapnya tak percaya. "Kau bercanda?"

"Apa aku tipikal orang yang suka bercanda?" Tanyanya rendah.

Kaupun terduduk lemas disampingnya.

"Kapan?"

"Sore ini." Jawabnya dengan senyum kecut.

"Kita bisa menghindarinya bukan?" Tanyamu berusaha menghibur diri.

"Tentu, salah satu dari kita bisa." Ujarnya seraya menatapmu.

"Jika kau pergi sekarang kau akan selamat."

Kau menatapnya tak percaya. "Hanya aku? Bagaimana denganmu?"

"Kita tidak akan berhasil jika harus menghindarinya berdua. Dewa kematian sudah menantikan roh kita."

Kau menggeleng. "Tidak. Aku tidak akan menyerah."

"Apa kau bodoh? Apa kau mau mati?" Bentaknya seraya mencengkram bahumu kuat-kuat.

"Lalu apa? Kau pasti menyuruhku untuk tetap hidup kan? Apa kau tidak berpikir kalau aku nantinya akan menyesali perbuatanku?" Balasmu setengah frustasi.

Wonwoo menatapmu kaget lalu melepaskan cengkramannya.

"(Y/n)." Panggilnya lembut.

Kau menolak untuk menatapnya.

"Salah satu dari kita harus hidup. Khususnya kau. Kau punya masa depan yang cerah sedangkan aku, bila aku tetap hidup pun aku tidak akan bisa berbuat banyak dan hanya bisa melihat masa depan." Ujarnya seraya mengelus pipimu. "Akan lebih baik jika kau tetap hidup dan raih kebahagiaan yang pantas kau dapatkan."

Kau menghela nafas panjang lalu memeluk lehernya. Tangan Wonwoo secara otomatis balas memelukmu.

"Apa kau melihat masa depanku?"

Wonwoo menggeleng lemah.

"Apa kau melihat masa depanmu?"

Wonwoo kembali menggelengkan kepalanya.

Kau terseyum lembut lalu melepaskan pelukanmu untuk menatapnya. "Itu artinya kita berdua akan meninggal. Aku tidak akan rela meninggalkanmu sendirian begitu pula dengan dirimu. Kita berdua tidak ingin membiarkan salah satu dari kita untuk meninggal, namun kenyataan yang ada adalah kita sama-sama meninggal."

Wonwoo menatapmu yang tengah mengelus wajahnya dengan lembut.

"Tapi.."

"Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Kumohon biarkan aku melakukannya." Ujarmu setengah memohon.

Wonwoo meraih tanganmu dan menatapmu dalam-dalam.

"Perempuan bodoh." Gumamnya sebelum menciummu dengan lembut, tak terasa matamu mulai basah dan bulir-bulir air mata menuruni pipimu.

Kaun tetap menutup matamu ketika Wonwoo melepaskan ciumannya. Kau membuka matamu ketika merasakan kepala Wonwoo bertumpu pada bahumu.

Kau merangkulnya sambil mengusap puncak kepalanya. "Kita akan tetap bersama."

"Kau perempuan terbodoh yang pernah kutemui. Kau keras kepala, namun cantik luar biasa. Kau juga perempuan yang sulit kuraih, tapi pada akhirnya kau menghampiriku terlebih dahulu. Kau tidak pernah menganggapku aneh disaat anak lain mengejekku tidak normal karena aku seorang indigo. Kau bahkan tidak memutuskanku ketika mengetahui bahwa aku seorang indigo." Perkataan Wonwoo membuatmu menangis tertahan dengan senyuman menghiasi wajahmu. "Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu juga."

Wonwoo tersenyum kecil lalu terduduk di hadapanmu. Ia tersenyum seraya menahan air matanya dan mengusap air matamu.

"Terima kasih atas segalanya (Y/n)." Ujarnya lembut membuatmu menangis semakin keras.

Ia mencium keningmu sebelum memelukmu dengan erat.

'Maaf karena telah membawamu pada kematian. Aku memang ditakdirkan untuk meninggal pada usiaku yang ke-21 sedangkan kau memiliki masa depan yang cerah jika saja kau tidak bertemu dan berhubungan denganku. Aku tak menyangka bahwa sekarang kau terseret pada jurang kematian bersamaku. Maafkan aku (Y/n).' Batin Wonwoo.

Tepat pada pukul 4.35 sore, Seoul digoncangkan oleh gempa yang membuat hampir sebagian besar gedung-gedung yang sudah berumur runtuh, termasuk apartemen Wonwoo.

Kau dan Wonwoo yang sudah mengetahui hal tersebut sudah siap dan sama-sama tertimbun oleh reruntuhan apartemen tersebut dan langsung meninggal di tempat.

Pada saat-saat terakhir sebelum gempa Wonwoo terus menerus membisikan kata 'Maaf' dan 'Aku mencintaimu' hingga kau merasa lebih baik sedangkan kau memeluknya hingga detik-detik terakhir.

♡♡♡♡♡

Done....
Semoga ga ngecewain. It's my first time bikin yg beginian 😂😅

 It's my first time bikin yg beginian 😂😅

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now