16. Woozi

26K 2.1K 141
                                    

Kau membuka matamu ketika mendengar suara nyaring dari sebelahmu. Kau mengerang pelan lalu mengambil handphonemu dan membalikan handphone itu untuk mematikan alarm. Kau membalikan tubuhmu untuk menghadap pacarmu yang tengah tertidur pulas.

Kau tersenyum kecil melihat wajah imutnya. Pacarmu itu tetap terlihat imut baik saat ia diam, tertawa, sedih, cemburu, secara keseluruhan pacarmu ini sangat imut kecuali saat ia marah dan serius.

"Jihoon-ah." Panggilmu pelan seraya mengusap wajahnya.

"Hmmm."

Kau mulai menusuk pipinya, tentu saja tidak keras, untuk mengusiknya.

"(Y/n), hentikan." Gumamnya tanpa membuka matanya. Suaranya terdengar serak dan malas (bayangkan Carat! Bayangkan!)

"Oh ayolah Jihoon, bangun." Serumu tanpa berniat untuk berhenti mengusiknya. Kali ini kau mulai mencubit pipinya.

Jihoon menghela nafas panjang sebelum ia berbalik dan menangkap tanganmu. Detik selanjutnya kau sudah berada dalam pelukannya. "Biarkan aku tidur 5 menit lagi."

Kau tertawa kecil mendengarnya. "Kalau begitu aku akan mandi duluan. Aku tahu persis 5 menitmu Tuan Lee Jihoon." Kau mengingat saat kau dan Jihoon mulai tinggal bersama tahun lalu. Mengingat bahwa kalian telah bertunangan dan berniat untuk menikah 4 bulan lagi.

Kau mendongak untuk melihat wajahnya yang saat ini telah terukir sebuah senyuman. Jihoon masih menutup matanya saat ia melepaskan pelukannya.

Kau segera bangkit dari kasur sebelum Jihoon kembali menarikmu ke dalam pelukannya.

Selesai mandi dan mengeringkan rambutmu, kau beranjak menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk Jihoon yang masih tertidur. Tak lupa kau membuatkan secangkir kopi untuk di minum Jihoon setelah sarapan.

Setelah memastikan bahwa seluruh makanan telah matang, kau segera pergi untuk membangunkan Jihoon. Kau melihat pacarmu itu masih tertidur seperti biasa dan kau seperti biasa mengendap-endap ke dekatnya untuk mengelitikinya. Belum sempat kau melaksanakan aksimu, Jihoon menarikmu sehingga kau berada di atas tubuhnya.

"Tidak hari ini princess." Ujarnya seraya tertawa. Kau segera menarik diri darinya dengan wajah kecewa.

Jihoon segera berdiri dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkanmu yang masih kesal karena gagal untuk mengelitiki Jihoon. Kau memutuskan untuk kembali ke dapur dan menata makanan yang telah kau masak di atas meja.

"Apa yang kau buat untuk sarapan hari ini?" Jihoon berjalan ke arahmu dengan rambut masih basah lalu memelukmu dari belakang.

"Omurice." Jawabmu singkat tanpa melihat ke arahnya.

Jihoon melepaskan pelukannya dengan wajah bingung tapi kau tidak mempedulikannya.

Jihoon segera duduk di kursinya dalam diam. Ia memperhatikan seluruh gerak-gerikmu seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.

"Apa?" Tanyamu datar saat kau duduk di hadapannya.

"Kau marah." Ujarnya datar. Kau membuka mulutmu untuk menyangkalnya tapi Jihoon telah mendahuluimu. "Kau marah padaku karena tidak dapat mengelitikiku kan? Kau bahkan tidak memberikanku morning kiss seperti biasanya."

Jihoon menyilakan kedua lengannya di depan dadanya, menunggu jawaban darimu.

Kau menghela nafas kecil lalu menatapnya dengan ekspresi yang lebih lembut. "Kau tahu, itu salah satu kesenanganku."

Jihoon tersenyum kecil. "Dasar anak kecil."

Kau merasakan pipimu mulai panas lalu segera menyantap makananmu tanpa memandang ke arah Jihoon.

Setelah menghabiskan dan membersihkan dapur kau kembali ke kamar diikuti oleh Jihoon yang membawa cangkir kopinya.

Kau segera membereskan kasur sedangkan Jihoon duduk di sofa yang ada di kamar kalian.

"(Y/n)." Panggil Jihoon.

Kau menoleh ke arahnya yang sedang menepuk tempat kosong di sebelahnya. Kau pun menurutinya dan duduk di sebelahnya.

Jihoon segera mengecup singkat pipimu. "Merasa lebih baik?"

Kau mengerjabkan matamu berulang kali sebelum mengangguk kecil dengan senyuman di wajahmu. Kau tahu bahwa Jihoon berniat untuk meminta maaf.

"Sekarang aku minta morning kiss-ku."

Saat kau hendak melarikan diri Jihoon menarik tanganmu sehingga kau tak bisa kemana-mana.

"Aku sudah meminta maaf. Aku ingin morning kiss-ku." Ujarnya sambil menyeringai.

'Dasar iblis bertampang malaikat.' Rutukmu dalam hati.

"Kau kan baru saja minum kopi." Jihoon memutar bola matanya.

"Sekali ini saja." Setelah mengatakan hal itu ia segera mencium bibirmu dengan sangat lembut.

Cukup lama ia menciumu, saat ia menarik dirinya kau segera bangkit dengan lidah terjulur keluar.

"Rasanya pahit dan bau kopinya menempel di bibirku!" Serumu sebelum kau berlari ke luar untuk mengambil minuman.

Kau mendengar Jihoon berteriak sambil tertawa saat kau sampai di dapur. "Itu hukuman karena kau tidak memberikanku morning kiss sebelum sarapan."

"Dasar iblis Lee!" Umpatmu tanpa suara sebelum kau meneguk susu strawberry yang ada di dalam kulkas.

Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now