122. Woozi

13.3K 1.1K 74
                                    

Requested by aprilia_kim biynijihoon

"Aigoo, kalian memang cocok."

"Kau benar akan menikahi (Y/n) kan?"

"Tak perlu sungkan, kalian boleh berpegangan tangan maupun ciuman kok."

"Tak perlu hiraukan appa. Appa hanya akan memperhatikan kalian dari jauh."

Kau menatap Jihoon yang terlihat lelah dan tak nyaman setiap kali ia mengunjungi rumahmu. Hari ini memang hari termelelahkan bagi Jihoon.

"Jihoon-ah, kau tak apa?" Tanyamu khawatir.

Ia mengangguk dengan senyum dibuat-buat.

Kau menghela nafas panjang sebelum mendelik ke arah ayahmu Kwon Soonyoung.

"Appa, bisakah kau berhenti memperhatikan kami? Kami juga perlu privasi." Serumu dengan bibir mengerucut.

"Eh? Tapi appa ingin melihat kalian berdua. Kalian kan serasi." Jawab Soonyoung dengan tampang tak bersalah.

"Tapi appa..."

"Tak usah pedulikan appa."

Untuk kesekian kalinya Jihoon menutup matanya. Pasalnya hari ini ayahmu lebih cerewet dan terus menerus mengganggumu dan Jihoon.

"Jihoon-ah, bagaimana kalau kita pindah ke kamarku saja?" Tawarmu setengah berbisik.

Ia menatapmu lalu menggeleng. "Bukankah akan tidak sopan bagiku jika masuk ke kamarmu?"

"Tapi.."

Jihoon tersenyum lembut sambil menggenggam tanganmu.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tiba-tiba saja ayahmu sudah berada di belakang kalian.

"Ah, eomma!" Serumu memanggil ibumu.

"Ada apa sayang?" Jawab ibumu sambil melongokkan kepalanya dari dinding dapur.

"Appa nih." Adumu.

Ibumu menatap Soonyoung dengan tatapan apa-lagi-yang-kau-lakukan? "Soonyoung-ah?"

Ayahmu langsung tersenyum canggung.

Ibumu menggelengkan kepalanya sebelum beralih ke arahmu. "Kau pergilah ke kamarmu bersama Jihoon. Jika makanan sudah siap eomma akan memanggil kalian."

Jihoon terlihat ragu namun kau menariknya ke arah kamarmu dengan cepat sebelum ayahmu dapat mengikutimu.

Sesampainya di kamar, kau langsung mengunci pintu kamarmu  dan menghela nafas lega.

"Semoga saja appa tidak menguping." Gumammu sebelum menoleh ke arah Jihoon yang terlihat kaku. "Jihoon?"

"Ya?" Jihoon menjawab dengan cepat. Kau tersenyum geli. Kau tahu benar bahwa Jihoon sedang tegang.

"Tak perlu tegang begitu. Aku percaya padamu." Ujarmu menenangkan lalu berjalan ke dekat kasur dan duduk di atas karpet. "Duduklah."

Jihoonpun berjalan ke arahmu dan duduk disampingmu. Tubuhnya masih sedikit kaku namun ia tidak setegang tadi. Ia bahkan memperhatikan isi kamarmu baik-baik.

"Maaf ya. Appa memang selalu berisik. Eomma saja hampir tak kuat dengan celotehan appa setiap harinya." Ujarmu tanpa menatapnya.

Fokus Jihoon langsung beralih padamu. "Tak masalah. Appa-mu orang baik hanya saja memang ia sangat berisik."

"Aku tahu. Kau kan orangnya tak terlalu suka kebisingan." Jawabmu sambil tersenyum.

Setelah itu kalian berdua sama-sama diam. Kali ini kau agak gugup karena sejak tadi Jihoon terus menerus memperhatikan lemari pakaianmu yang sedikit terbuka.

Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now