115. Jeonghan

11.5K 898 32
                                    

Requested by Putrilistyarifah_

Hari ini pun kau kembali mengunjungi planetarium. Seperti biasa, kau memandang langit-langit di atasmu dengan kagum. Ketika ruangan mulai terang kembali kau segera menoleh ke arah pintu keluar dan mendapati orang yang kau suka sedang membungkuk seraya mengucapkan terima kasih kepada setiap pengunjung yang melewatinya.

Setelah ruangan cukup sepi kaupun bangkit dan mulai melangkah ke arahnya.

"Hai oppa." Sapamu.

"Hai (Y/n)." Jawabnya seraya tersenyum kecil. "Bagaimana kemajuan ceritamu?"

Kau mengedikkan bahumu. "Begitulah oppa. Hari inipun aku masih mengumpulkan material untuk chapter selanjutnya."

"Jangan memaksakan dirimu dan tidurlah yang cukup." Ujar Jeonghan seraya berjalan menuju tempat duduk terdekat.

Yoon Jeonghan, pemilik planetarium dan juga orang yang kau sukai. Pada awalnya, kau ke planetarium untuk mengumpulkan material untuk bahan ceritamu hampir setiap hari. Suatu hari Jeonghan menyapamu dan ia bilang kalau ia selalu melihatmu di planetarium dan bertanya apakah kau kehilangan sesuatu atau adakah yang bisa ia bantu. Kaupun menjelaskan bahwa kau ke planetarium untuk melakukan pengamatan.

Setelah itu Jeonghan membantumu dan memberikan informasi sebanyak-banyaknya padamu. Sejak saat itupun kau menyukainya.

"Duduklah." Kau mengikuti perkataannya dan duduk di kursi tersebut lalu pergi ke dalam ruanganya. Tak lama kemudian ia kembali dengan secangkir minuman.

"Teh lemon?" Tanyamu seraya menerima cangkir tersebut.

Jeonghan tersenyum lalu duduk di sampingmu.

"Kemarin aku sempat mencari buku yang kau karang di toko buku dekat stasiun namun aku tidak menemukannya." Ujar Jeonghan seraya menatapmu.

"Oppa mencari namaku di setiap buku?" Tanyamu takjub.

Jeonghan mengangguk. "Iya, tapi aku tidak menemukannya."

Kau tertawa geli. "Aku menggunakan pen name, oppa. Tentu saja oppa tidak akan menemukan namaku dibuku manapun."

"Pantas saja! Apa pen namemu?"

"Aku tidak akan memberi tahu oppa." Ujarmu seraya menjulurkan lidahmu.

"Aigoo, anak ini benar-benar..." Jeonghan melingkarkan tangannya di lehermu dan mengacak-acak rambutmu.

"Ah, oppa!" Kau berusaha menjaga isi gelasmu agar tidak tumpah akibat serangan tiba-tiba tersebut.

"Jeonghan-ah!" Panggilan seorang wanita membuat kau dan Jeonghan menoleh ke arah suara itu berasal.

"Eoh, Rin eonni." Kau menyapanya seraya melepaskan diri dari Jeonghan.

"Apa kabar (Y/n)? Ceria seperti biasa ya." Ujarnya menyapamu.

"Eonni juga cantik seperti biasa. Pantas saja Jeonghan oppa menikahi eonni." Godamu.

Iya benar. Wanita bernama Rin dihadapanmu ini adalah istri dari seorang Yoon Jeonghan.

"Hei kau anak kecil, jangan menggodaku." Ujar Jeonghan seraya menjitak kepalamu pelan.

"Ah!" Kau memegangi kepalamu yang tadi dijitaknya seraya mengerucutkan bibirmu.

Jeonghan menggelengkan kepalanya melihat ekspresimu lalu berjalan ke arah Rin dan merangkul pinggangnya.

Kau menatap miris ke arah mereka sebelum meminum seluruh isi di cangkirmu tanpa mendengarkan percakapan kedua orang tersebut.

"Nah, aku pulang dulu ya oppa, eonni." Ujarmu cepat ketika cangkirmu sudah kosong.

"Eh? Pergilah makan malam dengan kami (Y/n)." Ujar Rin seraya menatapmu yang sedang merapihkan pakaianmu.

"Tidak usah eonni. Aku baru saja mendapatkan ide untuk ceritaku yang selanjutnya. Jadi aku harus segera pulang." Tolakmu halus.

Kenyataannya adalah kau tidak ingin pergi bersama Rin dan Jeonghan. Kau merasa sangat bersalah kepada Rin karena ia sangat baik padamu sedangkan kau terus mendekati suaminya.

"Begitukah?"

Kau mengangguk cepat.

"Kalau begitu biar kupanggilkan taxi." Ujar Jeonghan sambil tersenyum ke arahmu.

"Ah, tidak usah oppa. Hari ini aku bawa mobil sendiri." Tolakmu. "Kalau begitu aku pamit dulu. Sampai bertemu lagi eonni, oppa."

Kau lun segera berlari ke arah pintu keluar. Sebelum kau membuka pintu kau menoleh kembali ke arah mereka yang sedang berciuman. Kau segera memalingkan wajahmu lalu melanjutkan larimu menuju mobil.

Kau masuk ke dalam mobil dan melempar tasmu begitu saja ke jok belakang dan membenturkan dahimu ke stir mobilmu dengan cukup keras.

"Sadarlah (Y/n)! Dia sudah punya istri." Ujarmu tertahan.

Kaupun menyenderkan kepala dan tubuhmu ke belakang dengan mata terpejam.

"Mulai besok aku tidak akan kemari lagi." Gumammu pada diri sendiri.

Tekad yang sudah kau bulatkan sejak bulan lalu namun tidak kunjung terlaksana. Buktinya hari inipun kau masih pergi ke planetarium.

"Aku harus menemukan cinta baru." Ujarmu datar lalu mengambil handphonemu dan menekan nomor yang sudah kau hapal diluar kepala.

"Halo, Seokmin? Aku baru saja dari planetarium dan aku membutuhkanmu seperti biasa." Ujarmu lalu tersenyum saat mendengar balasannya. "Ung, di cafe biasa. Aku akan ke sana sekarang."

Kau menghela nafas panjang setelah memutuskan sambungan telepon tersebut.

"Nah, ayo bekerja sama hatiku. Menyukai Seokmin lebih baik daripada bertepuk sebelah tangan seperti ini terus." Ujarmu seraya memukul dadamu pelan lalu mulai mengemudi.

♡♡♡♡

Katanya sad sih... tpi kaya yg ga sad ya? 😅
Maaf ya feel melankolisnya belum dapet...
Jangan lupa vomment ya!
Next? Ada imagine Hoshi loh
Jangan lupa vomment ya..
Akan di post kalau votenya udah 80 & commentnya minimal 10 😙

Akan di post kalau votenya udah 80 & commentnya minimal 10 😙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now