4. Imagine Jihoon

41K 3.1K 147
                                    

Requested by my Line friend..

Kau melihatnya menangis seperti anak kecil. Dengan segera kau mengambil jaketmu dan kunci mobilmu lalu segera meninggalkan apartemenmu menuju tempatnya.

Kau masuk ke dalam gedung besar tersebut dan naik ke lantai dimana biasa ia dan teman-temannya berkumpul. Kosong, hening, dan sepi. Kau duduk tepat di dekat pintu masuk, dengan cemas kau menunggu dirinya datang.

Tak lama setelah itu terdengar suara ribut-ribut di lantai bawah. Kau menunggu hingga seseorang naik. Hal pertama yang kau lihat adalah teman Jihoon, Soonyoung, yang matanya merah dan sembab.

"Soonyoung-ah." Panggilmu.

Ia melihat ke arahmu dan tersenyum. "Hai (y/n)."

"Selamat atas kemenangan kalian! Kau sudah bekerja keras." Ujarmu sambil memeluknya.

Lalu perlahan-lahan semua member Seventeen memasuki gedung tersebut dan kau memeluk satu persatu dari mereka. Orang terakhir yang kau peluk adalah Jihoon. Ia membawa sebuah trophy kemenangan.

Wajahnya memang menunjukkan bahwa ia habis menangis tapi ia benar-benar terlihat senang. "(Y/n)."

Kau mengulurkan tanganmu untuk memeluknya. "Kau hebat! Kau pantas menerimanya." Bisikmu.

Dia balas memelukmu dan meletakan dagunya di pundakmu. "Terima kasih atas dukunganmu."

Mau tak mau kau tersenyum. Setelah itu ia mengajakmu masuk ke studionya. Kau melihat Jihoon memandangi piala showchampion dengan kagum.

"Kurasa aku tidak perlu menghibur bayi kecilku ini." Serumu tanpa mendekatinya.

"(Y/n), kau tahu aku benci sekali di sebut anak kecil." Jawabnya tanpa tersinggung sedikitpun.

"Aku tahu. Tapi kau benar-benar menangis seperti bayi."

Jihoon melihat ke arahmu dengan senyuman kecil di wajahnya.

"Aku tidak bisa menahannya oke?" Ujarnya mendekatimu.

"Kau tahu, betapa cemasnya diriku melihat kau menangis?"

Ia tidak menjawab apapun melainkan langsung memelukmu dengan erat.

"Hal pertama yang kupikirkan adalah 'apakah ini mimpi'." Kau tersenyum lembut mendengan perkatannya. "Saat itu aku bahkan tidak menyadari bahwa aku memeluk bahkan dipeluk oleh orang lain."

"Dan?"

"Dan aku merasa bersalah padamu." Jawabnya seraya melepaskan pelukannya dan menatapmu.

"Maksudmu karna kau memeluk dan dipeluk oleh orang selain aku?" Tanyamu dengan kekehan kecil.

Kau melihat kepala Jihoon mengangguk.

"Aku tidak keberatan asalkan kau tidak memeluk perempuan lain selain aku. Semua yang kau peluk bukan perempuan kan?"

"Aku tidak ingat. Tapi sepertinya aku mengingat aku memeluk seseorang yang memakai rok."

Kau mengedipkan matamu berulang kali. "Kau benar-benar.." Kamu mencubiti pinggang Jihoon dengan gemas dan kesal sementara ia berusaha untuk menghindari cubitanmu sambil tertawa.

"Hei, hei. Aku cuma bercanda." Ucapannya membuatmu berhenti mencubitnya.

"Aku tidak akan memeluk perempuan lain selain (y/n). Perempuan sempurna yang dibuat hanya untuk Lee Jihoon." Ujarnya sebelum mendaratkan ciumannya di pipimu.

"Tidak adil!" Balasmu seraya berjingjit untuk mencium pipinya.

Sebelum bibirmu mendarat di pipinya, ia memalingkan muka ke arahmu sehingga bibir kalian bertemu.

Kau membuka matamu lebar-lebar menatap Jihoon yang matanya bersinar jahil. Lalu ia mencium bibirmu dengan lembut.

"Anggur?" Tanyanya setelah menjauhkan wajahnya dari wajahmu.

"Dasar mesum." Katamu sambil memalingkan wajahmu.

"Tapi kau suka kan?" Tanyanya dengan senyum menghiasi wajahnya. Ia merangkul pundakmu lalu mendekatkan wajahnya ke wajahmu.

"Terima kasih sudah menjadi pacar yang selalu mendukung dan menyukaiku walaupun aku selalu mengecewakan dan membuatmu menungguku." Bisiknya. "I love you, (y/n)."

Kau pun tersenyum dan memeluknya dengan erat.

END

Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now