44. Jun

15.3K 1.3K 37
                                    

Requested by RahyunChoii WinterRedHoody

Lagi-lagi kau menatap managermu yang sedang menyetir seraya menelepon entah siapa.

"Oppa." Panggilmu pelan saat Jun mematikan sambungan di teleponnya.

Jun tidak menyahut namun ia menatapmu dari kaca spion mobil.

"Bisakah kita berhenti sebentar dan berbicara?" Tanyamu.

Jun menghela nafas singkat lalu menepikan mobil ke sisi jalan. Setelah mobil berhenti ia membalikan tubuhnya untuk menatapmu. "Ada apa?"

"Tak bisakah kita berkencan sekali saja? Oppa tahukan kalau aku menyukai oppa dan aku sudah bekerja keras tanpa berlibur selama 3 minggu terakhir ini." Ujarmu jelas-jelas memperlihatkan kekesalanmu karena jadwalmu yang padat.

Jun menghela nafas panjang lalu kembali berbalik dan mulai mengemudi lagi.

"Oppa!" Serumu kesal.

"(Y/n)-ya, kau ini seorang idol dan aku managermu. Perlu berapa kali aku harus mengingatkanmu?" Seru Jun tanpa melirik ke arahmu.

Kau mendengus kesal lalu melirik Jun dari kaca spion depan. "Oppa, aku mencintaimu."

"Aku menyayangimu sebagai seorang managermu. Tak lebih, tak kurang." Balas Jun datar. "Kau ini idol yang sangat penting bagi kami dan aku tidak mungkin membiarkanmu terlibat skandal atau hubungan yang tak masuk akal denganku."

Perkataan Jun menohok hatimu lagi. Entah sudah yang keberapa kalinya kau sakit hati mendengar penolakannya, namun kau tak akan menyerah hanya karena ia tolak. Selama sisa perjalanan kau hanya diam memandangi jalanan di sampingmu.

~~~

Kau berusaha memfokuskan diri saat melakukan rekaman di sebuah acara musik dan melupakan perkataan Jun padamu. Saat itu kau tak sadar bahwa speaker yang ada di studio tersebut tidak berjalan dengan baik, tiba-tiba saja sebuah speaker yang ada di hadapanmu meledak dan kau hampir saja terluka jika Jun tidak menyelamatkanmu.

Kau membelalakan matamu saat mendapati Jun berada di atasmu dan melindungimu.

"Kau tak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Kau mengangguk kecil. "Bagaimana dengan oppa?"

"Aku tak apa-apa." Setelah mengucapkan hal tersebut ia membantumu berdiri.

"Lain kali kalian harus berhati-hati! Apa kalian mau bertanggung jawab jika artis kami yang berharga terluka? Dia adalah artis yang paling penting untuk kami!"

Tiba-tiba saja kemarahan menguasai dirimu kau mendorong Jun sekuat tenaga dan berlari ke arah backstage.

"(Y/n)-ya!" Kau terhenti saat tangan Jun meraih tanganmu. "Mau ke mana kau? Saat ini kau berada di tengah-tengah rekaman!"

Kau berbalik lalu menampar Jun dengan keras. "Tak perlu bersusah payah untuk mengerjarku jika kau hanya menganggapku sebagai seorang yang bekerja pada agensi! Aku punya perasaan! AKU BUKAN MANUSIA YANG HANYA HIDUP UNTUK AGENSIKU!"

Setelah berkata seperti itu kau pergi meninggalkan Jun yang masih termenung akan perkataanmu.

Selama 3 hari kau bersembunyi di villa milik temanmu. Kau mematikan ponselmu dan kau menghabiskan waktumu dengan menangis.

Saat kau sedang merenung di halaman tiba-tiba suara yang sangat kau kenal memanggilmu.

"(Y/n)-ya!" Kau segera menoleh dan mendapati Jun berdiri dengan wajah penuh amarah.

Kau tersenyum kecut sebelum bangkit lalu berjalan masuk ke dalam villa. Sebelum kau mencapai pintu, tangan Jun meraih tubuhmu dan menarik tanganmu dengan kasar.

Kau menyentakan tangannya sekuat tenaga hingga Jun berhenti menatikmu dan memelototimu.

"Apa kau akan menjadi tidak profesional seperti ini? KAU TAHU BAGAIMANA SULITNYA MENCARI DIRIMU?" Seru Jun penuh amarah.

"MENURUTMU KENAPA AKU MELARIKAN DIRI DARIMU?" Serumu kesal.

"Apapun itu kau tak berhak melakukan hal ini! Kau adalah ido..."

"IDOLA? AKU TAHU! TAPI APAKAH IDOLA TIDAK BOLEH MEMILIKI PERASAAN? KAMI JUGA MANUSIA! KAMI JUGA BISA MENCINTAI, MARAH, SEDIH, DAN FRUSTASI!" Kau membentaknya dengan suara sekeras mungkin lalu menjatuhkan dirimu di atas rumput seraya menangis. "Aku tidak bisa bekerja terus menerus! Aku juga aku ingin merasakan rasanya berkumpul bersama teman-teman, aku ingin merasakan liburan tanpa kamera di sekelilingku, aku ingin merasakan rasanya pacaran, dan aku ingin dianggap sebagai seorang (Y/n) terlepas dari karirku sebagai idol."

Jun diam mematung saat mendengar isakanmu.

"Aku ingin oppa melihatku sebagai seorang wanita, bukan sebagai idola yang berharga." Isakmu semakin keras. "Aku mencintaimu Jun oppa, tak bisakah kau melihatku sebagai seorang wanita?"

Setelah beberapa lama kau terisak sepasang tangan kekar merangkulmu dan memelukmu.

"Maafkan aku (Y/n)." Seru Jun lembut di telingamu.

Jun menutup matanya, menyesali apa yang ia katakan padamu. "Aku hanya tak ingin merusak karirmu sebagai seorang idol."

"Apa gunanya aku menjadi seorang idol jika aku tidak bahagia?" Isakmu dalam pelukannya.

Jun meraih wajahmu lalu membuatmu menatapnya. "Sebenarnya aku juga menyukaimu (Y/n)."

"Aku tidak butuh kebohongan."

"Aku benar-benar menyukaimu. Tapi kita tidak bisa menjalin hubungan saat ini." Seru Jun lembut.

Kau menatapnya lurus-lurus dan ia tersenyum padamu.

"Ayo kita jalin hubungan kita secara perlahan. Aku akan menunggumu dan kuharap kau mengembangkan karirmu sebagai idola selama satu tahun lagi." Ujarnya seraya membelai rambutmu. "Setelah satu tahun aku berjanji bahwa kita bisa berpacaran. Ketika kau sukses sebagai seorang idol dan menjadi wanita yang lebih dewasa, aku akan mengawasi dan menjagamu."

Kau merasakan pipimu kembali basah dengan air mata. "Oppa.."

Jun tersenyum lembut saat mendapati kau mulai terisak lagi. Ia menarikmu ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepalamu. "Satu tahun. Tak lebih, tak kurang."

Kau mengangguk setuju di pelukannya. Malam itu kau kembali menangis, namun kali ini tangisanmu bukanlah tangisan kemarahan dan kekecewaan.

♡♡♡♡♡

Doneee....
Maaf ya kalau plotnya jadi begini..
Ini plot dari reader yg req looh.. aku cuma ngembangin aja 😆😆
Semoga suka.. Vomment yaa 😇

 Vomment yaa 😇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now