Sosok yang berdiri di samping Hanna membuatmu tercekat. Tangan ayahmu yang menahan tubuhmu membuatmu sadar bahwa kau hampir terjatuh.

"(Y/N)? Kau baik-baik saja?" Suara cemas ayahmu membuatmu mengalihkan pandangan dari lelaki di samping Hanna yang kini terlihat pucat.

"Ya, aku hanya sedikit pusing." Jawabmu dengan memaksakan seulas senyum kecil.

"Oh, (Y/N), perkenalkan ini Wonwoo, anak semata wayangku yang ibumu percayakan padaku."

"Uh... Aku (Y/N), adikmu?" Ujarmu pelan.

"Akhirnya kalian bertemu juga." Ujar ayahmu. "Nah ayo kita mulai makan malamnya."


Selama makan malam berlangsung kau tidak berani menatap baik Hanna maupun Wonwoo hingga satu titik ketika ayahmu dan Hanna mulai membicarakan hal yang serius mengenai rencana pernikahan mereka, kau segera pamit dengan alasan ingin ke kamar kecil. Kau melangkah menuju balkon restoran dan tiba-tiba saja air matamu meluncur menuruni pipimu.

"Ah, ada apa denganku." Ujarmu antara kesal dan sedih. Kau membiarkan dirimu menangis hingga tidak menyadari bahwa Wonwoo telah berada di belakangmu.

"(Y/n)." Panggilnya membuatmu langsung menghapus air matamu dan berdeham sebelum berbalik menatapnya.

Saat kau melihat ekspresi terluka di wajah Wonwoo kau merasa matamu mulai panas kembali dan beberapa bulir air mata telah terkumpul di pelupuk matamu.

Wonwoo menggigit bibir bawahnya sebelum menarikmu ke dalam pelukannya. "Aku tahu hal ini diluar kendali kita. Aku... tidak menyangka bahwa kau... adalah adikku."

"Aku..." Bisikmu parau. "Aku tidak tahu... Aku tidak bisa berpikir... Wonwoo-ya, ini terlalu berat bagiku. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada kita? Apa yang..."

"(Y/n)-ya, untuk sekarang kau tenang dulu." Potong Wonwoo. "Ini juga berat bagiku. Aku tidak bisa melepasmu tapi aku juga tidak ingin mengecewakan ibuku. Ibuku sangat senang ketika bersama dengan ayahmu. Mereka akan menikah bulan depan dan aku tidak bisa memaksakan kehendakku. Lagipula kenyataan bahwa kita adalah kakak beradik membuatku merasa lebih kaget."

Mendengar perkataan Wonwoo kau semakin jadi menangis. "Ini gila..."

Wonwoo menghela nafas panjang lalu menatapmu dalam-dalam.

"Kurasa kita butuh waktu." Ujarnya lembut seraya mengusap air matamu.

"Untuk apa?" Tanyamu terisak.

"Memikirkan jalan terbaik. Entahlah, jika aku mengetahui bahwa kau adalah adikku, aku tidak akan menjalin hubungan denganmu. Kurasa kita harus mengakhiri hubungan kita." Ujarnya tertahan.

Kau menatapnya tak percaya sebelum berderap pergi menuju ruang tempat ayah dan Hanna berada. Ketika kau masuk kau melihat ayahmu dan Hanna sedang berciuman sehingga kau mengurungkan niatmu dan langsung berbalik menghadap Wonwoo, berjalan melewatinya dan berderap keluar restoran. Kau memanggil taxi tanpa mempedulikan panggilan Wonwoo dibelakangmu.

○○○○

Sudah lebih dari 3 hari kau mengurung diri di dalam kamar. Kau mengunci kamarmu, mematikan handphonemu, mengabaikan ayahmu, Hanna, bahkan Wonwoo yang mengetuk kamarmu setiap hari. Kau benar-benar menarik diri dari dunia dan berpikir dengan keras mencari solusi terbaik. Hingga pada hari keempat, kau memutuskan untuk keluar dari kamarmu dan menemui ayahmu yang tentu saja senang melihatmu.

"(Y/n)-ya, akhirnya. Kau membuat ayah sangat khawatir." Ujar ayahmu seraya menghambur ke arahmu untuk memelukmu.

Kau menutup matamu rapat-rapat.

Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now