Kau membungkus surat cinta itu dengan rapih dengan amplop khusus yang kau beli sejak lama.

Besoknya kau memberikan surat tersebut pada Seokmin.

"Ini, surat yang kujanjikan. Aku sengaja membuat 2. Anggap saja yang satu adalah contoh." Ujarmu padanya.

"Oh yei! Thanks (Y/n)." Serunya seraya memelukmu dan kau tersenyum kecil.

"Semoga berhasil dengan pernyataan cintamu. Hari ini aku akan pergi ke Jepang jadi jangan hubungi aku ya."

"Eh? Hari ini?"

Kau tersenyum miris. "Iya, aku harus mengurus program pertukaran pelajarku di sana. Lagipula urusanku di universitas sudah selesai semua. Mungkin juga aku bisa berjalan-jalan dulu di sana sebelum mulai kuliah." Jelasmu.

"Aw, aku akan kehilangan salah satu sahabat terbaikku." Ujar Seokmin sedih.

"Hei, aku akan kembali. Bukan berarti aku akan pergi meninggalkan dunia ini bukan?" Serumu sambil tertawa.

"Bukan ya?" Ujar Seokmin sambil tertawa dan pergi begitu saja. "Yah, pokoknya terima kasih dan sukses terus ya (Y/n)!"

Kau menghela nafas panjang setelah sosok tersebut menghilang.

Kau mengunjungi teman-temanmu sebelum kau pergi ke bandara dan berkumpul bersama untuk terakhir kalinya.

"Kau benar-benar akan menyerah setelah memberikan surat cintamu?"

Kau mengangguk. "Aku hanya ingin menyatakan apa yang kurasa tapi tidak mengharapkan balasan."

Teman-temanmu menatap iba ke arahmu.

"Ah, sudahlah! Masih banyak pria lain di luar sana!" Seruan salah satu temanmu itu berhasil membuatmu tertawa.

"Kau benar." Jawabmu lalu melirik ke arah ponselmu. "Ah, aku harus pergi sekarang. Sampai jumpa tahun depan."

"Sukses ya!" "Hati-hati selama disana!" Seru teman-temanmu sebelum kau keluar dari cafe. Kau melambaikan tanganmu sebelum masuk ke dalam taxi.

"Cinta yang baru.." Gumammu lalu menatap ke jalanan kota Seoul untuk terakhir kalinya.

1 tahun kemudian.

"Dia benar pulang hari ini kan?" Tanya Seokmin untuk yang ke sekian kalinya pada sahabatmu.

"Iya."

"Ah, perempuan bodoh yang membuatku sengsara setelah membaca surat cintanya itu benar-benar kembali rupanya." Erang Seokmin di cafetaria kampus.

"Kau akan menyatakan cintamu?" Tanya sahabatmu itu pada Seokmin.

"Tentu saja. Aku tidak mau menyesal untuk yang kedua kalinya."

"Langsung?"

"Yup."

"Apa yang langsung?" Ujarmu seraya menatap kedua orang di hadapanmu secara bergatian.

"(Y/n)! Kapan kau sampai?"

"Baru saja." Jawabmu seraya memeluk sahabatmu itu. "Kau sama sekali tidak berubah."

"Kau juga."

Kaupun menoleh ke arah Seokmin yang menatapmu tak percaya.

"Seokmin?"

Bukannya menjawab ia malah berdiri dan menarikmu keluar dari cafetaria menuju tempat yang agak sepi.

"Lee Seokmin, apa yang merasukimu?" Tanyamu saat Seokmin menatap wajahmu dengan seksama.

"Ah, ini benar-benar kau!" Serunya sebelum memelukmu.

"Hah?"

Ia melepaskan pelukannya lalu mecubit pipimu gemas. "Perempuan gila! Kau memberikan surat cinta sungguhan untukku dan pergi begitu saja! Apa kau tahu bagaimana tersiksanya diriku karena terus memikirkanmu, huh?"

Kau mengerjabkan matamu berulang kali. "Kau? Memikirkanku?"

"Tentu saja! Aku sangat menyesal karena tidak menyadari perasaanmu sejak awal." Ujarnya seraya menatapmu dalam-dalam. "Aku sampai mau gila rasanya karena ingin segera bertemu denganmu dan menyatakan cintaku padamu."

"Hah? Tunggu!" Serumu cepat. "Kau apa?"

Seokmin sekilas terlihat malu lalu detik berikutnya ia menatapmu serius. "Aku menyukaimu (Y/n), walaupun terlambat maukah kau men.."

"Maaf." Tolakmu cepat.

Kau tentu saja merasa menyesal.

"Aku memang pernah menyukaimu tapi aku sudah menyerah saat aku sampai di Jepang." Ujarmu cepat. "Begini, aku sudah mempunyai kekasih di sana. Namanya Hoshi, dan dia akan pindah ke Korea sekitar 2 bulan lagi. Jadi, maafkan aku Seokmin-ah."

Kau menunggu reaksi Seokmin. Kau kira ia akan marah atau sedih, nyatanya ia malah tertawa. "Benarkah? Baguslah kalau begitu. Itu artinya aku tidak perlu mengkwatirkanmu bukan?"

Mau tak mau kaupun ikut tertawa. "Kau tidak marah?"

"Mana mungkin! Aku hanya bercanda." Ujarnya riang. "Kalau memang aku akan menembakmu, tidak mungkin aku melakukannya saat kau baru saja sampai dan bertemu kembali denganku."

Kau memukul tangannya. "Kau memang gila. Kupikir kau serius!"

"Tertipu!" Ujarnya senang.

"Kau memang tak berubah sama sekali." Serumu.

"Ah, ah.. kalau begitu kau juga tidak berubah." Ujarnya seraya mengacak-acak rambutmu. "Ops, aku meninggalkan barang bawaanku di cafetaria. Lebih baik aku mengambilnya sekarang. Kalau kau mencari teman-temanmu, setahuku mereka ada di asrama."

"Oh ya? Thanks Seokmin!" Serumu saat ia berlari menjauhimu.

Kau pun tersenyum lebar saat mengetahui bahwa Seokmin baik-baik saja.

Di sisi lain, Seokmin mengatupkan rahangnya rapat-rapat seraya berlari menuju cafetaria dan langsung memeluk sahabatmu yang pernah ia sukai. "Aku menghancurkannya."

"Begitukah?"

"Ia sudah punya kekasih di Jepang."

Sahabatmu berbalik dan menepuk puncak kepala Seokmin dengan lembut. "Penyesalan selalu datang terlambat."

"Ah, kenapa dulu aku tidak pacaran saja denganmu dan mengabaikan surat dari (Y/n)?" Ujar Seokmin lesu.

"Kau kira aku mau menjadi pacarmu?"

"Tidak?"

"Tentu saja tidak. Kecuali kau tidak plin plan seperti ini lagi." Sahut sahabatmu seraya pergi.

Seokmin menelungkupkan wajahnya di atas meja. "Ah, perempuan memang sulit. Lebih baik aku tidak menyukai siapapun."

♡♡♡♡

Done...
Yg request pengen plotnya begini jadi maafkan kalau ceritanya jadi um... membingungkan mungkin.. ini cerita masuk ke mana? Sad or happy? Aku sendiri ga tw 😅😅
Yah semoga suka lah ya..

Yg bertanya-tanya kenapa minggu ini aku update banyak.. soalnya aku udah libur jadi waktu untuk berimajinasi lebih banyak 😉

Next Imagine The8
Di post besok ya.. vote harus 100 ya baru aku post... jamnya tergantung 😎

Yg mw req boleh ke part "Request" yg ada di awal Imagine ya ^^

Yg mw req boleh ke part "Request" yg ada di awal Imagine ya ^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now