Kau mengangguk setuju.

Kau dan Jihoon sama-sama membidik target kalian masing-masing.

Tembakan pertama kau mendapatkan nilai 9 sedangkan Jihoon 8.

Tembakan kedua kau kembali mendapatkan nilai 9 sedangkan Jihoon mendapatkan nilai 10.

Kau menarik nafas panjang sebelum membidik targetmu dengan anak panah terakhir. Berharap kau akan memenangkan pertandingan ini.

Kau melepaskan anak panahmu terlebih dahulu dan mendapatkan nilai 10. Kau tersenyum penuh kemenangan dan menoleh ke arah Jihoon yang sedang tersenyum lembut padamu.

Kau merasakan jantungmu mulai berdebar kencang. Jujur saja, kau menyukai wajah Jihoon yang sedang memanah maupun sedang tersenyum.

"Aku akan membidik tepat di tengah." Ujarnya.

Kau mengerjabkan matamu dan Jihoon segera membidik targetnya dengan tenang.

Kau sempat menahan nafasmu ketika ia melepaskan anak panah yang saat ini tengah melesat menuju papan target.

"11! Aku menang!" Seru Jihoon senang sebelum menoleh ke arahmu yang sedang menatapnya tak percaya.

Detik kemudian kau ikut tersenyum lebar dan tanpa kau sadari kau telah menghambur ke pelukan Jihoon. "Woah! Kau hebat bisa mendapatkan poin 11! Bagaimana bisa?"

Jihoon jelas saja kaget dengan tindakanmu namun dengan cepat ia mengambil alih situasi. Ia balas memeluk tubuhmu. Saat kau merasakan tangannya memeluk tubuhmu kau segera menarik dirimu namun Jihoon dengan cepat menahan tubuhmu.

Ia menatapmu dalam-dalam sebelum mencium bibirmu dengan lembut sedangkan kau diam membatu.

"(Y/n)-ya, aku menyukaimu. Ayo kita pacaran." Ujar Jihoon setelah menarik wajahnya darimu.

Tanpa kau sadari, kau tengah menahan nafasmu.

"(Y/n)?"

"Eo?" Jawabmu seraya menggelengkan kepalamu.

"Bagaimana?" Tanyanya.

"Apa?"

Jihoon tertawa kecil sebelum menatapmu dalam-dalam. "Permintaanku adalah kau menjadi pacarku."

"Kenapa?" Tanyamu ragu.

"Bukankah itu sudah jelas?" Jawab Jihoon. "Aku menyukaimu."

"Hah?"

"Kau ini sangat tidak peka." Ujar Jihoon gemas. "Aku menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu memanah. Sejak saat itu aku terus mencari informasi mengenai dirimu dan memberanikan diriku untuk berbicara padamu."

"Tapi.... Kenapa?" Tanyamu bingung.

"Karna kau cantik dan memancarkan aura yang tidak biasa saat memanah." Ujar Jihoon. "Ah, jika kau tidak mau menjadi pacarkupun tak apa. Anggap saja permintaanku adalah untuk menciummu."

Kau menggelengkan kepalamu cepat. "Tidak, bukan begitu."

Jihoon menatapmu bingung.

Seventeen Imagine [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें