Harapan yang sangat kekanakan, kau tahu itu. Tapi Seungcheol telah berjanji bahwa ia akan kembali padamu, dan Seungcheol tidak pernah mengingkari janjinya.

Tadi pagi Jun dan Joshua diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Dan sejak tadi pagi Jun dan Joshua berusaha membuatmu sadar bahwa Seungcheol telah meninggal saat melindungi mereka.

Sebagai kekasihnya tentu saja kau sangat terpukul karenanya.

Tanpa bisa kau halangi, perasaan marah muncul dalam dirimu. Kau terus berpikir Seungcheol pasti akan hidup seandainya ia tidak menolong Jun dan Joshua.

Dan kau membenci dirimu karena membiarkan perasaanmu membuatmu memikirkan hal seperti itu.

"Oppa! Seungcheol oppa!" Isakmu semakin keras.

Jeonghan memelukmu dengan erat.

"(Y/n)-ya, kami semua juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi aku yakin kalau kematian Seungcheol hyung tidak sia-sia." Ujar Jihoon yang sekarang telah berada di belakangmu.

"Kau seharusnya tidak begini. Ia meninggal karena menyelamatkan Joshua hyung dan Jun hyung." Tambah Seokmin.

"Aku yakin ia tak akan suka jika kau begini (Y/n)." Hansol menepuk punggungmu pelan.

Joshua mendekati dirimu dengan perlahan dibantu oleh Seungkwan.

"Seungcheol berpesan padaku." Ujarnya pelan.

Kau menoleh ke arah Joshua yang keadaanya masih lemah.

"Kau harus melepasnya karena ini adalah keputusannya. Kau harus bisa menghadapi semua ini karena kau kuat." Perkataan Joshua membuat hatimu pilu. "Kau pantas mendapatkan lelaki lain selainnya."

Joshua menatapmu dengan lembut.

"Kau adalah malaikat Seungcheol dan ia mencintaimu. Kuharap kau tetap kuat menghadapi hal ini seperti apa yang dikatakan Seungcheol."

Kau menangis semakin keras karenanya.

Seluruh teman-temanmu dan Seungcheol menatapmu yang menangis dengan hati sedih.

"Ini hadiah terakhir dari Seungcheol."

Kau menatap tangan Joshua yang sedang menggenggam sebuah kotak berbalut kain velvet merah.

Kau meraihnya dengan tangan bergetar, membuka penutupnya dan menatap cincin dengan sebuah berlian di tengahnya, sebelum menangis di dalam pelukan teman-temanmu.

"Oppa..."

"Dia berniat untuk melamarmu pada hari itu, (Y/N)."

Flashback on

"Kapan pesawat yang akan kau tumpangi berangkat, Seungcheol?" Tanyamu seraya mengapit telepon genggam-mu dengan bahu, kedua tanganmu dengan lincah membalik masakan di hadapanmu.

"Hm..." Kau bisa mendengar gemerisik kain dari seberang telepon. "Kira-kira dua jam lagi," jawab Seungcheol.

"Aku sudah tidak sabar bertemu denganmu, oppa." Ujarmu.

"Aku tahu, aku memang orang yang mudah untuk dirindukan." Seungcheol tertawa pelan.

"Oppa..." Kau menghela napas, namun akhirnya ikut tertawa.

"Kau akan menjemputku di bandara, kan?"

"Tentu saja..."

"Jangan sampai terlambat, (Y/N). Aku membawakanmu sebuah hadiah, yang kuharap akan kau sukai."

"Oppa, kau tahu kau tidak perlu membawakanku hadiah setelah kau pulang bekerja dari luar negeri..."

"Tentu saja!" Potong Seungcheol lembut. "Namun aku sangat ingin memberikannya padamu."

Flashback off

Air mata mulai menggenang lagi di pelupuk matamu.

Joshua dan Jun turut bersedih melihatmu yang sangat terpukul.

Malam itu kau menangis sejadi-jadinya ditemani oleh seluruh teman-temanmu.

♡♡♡♡


Semoga suka yaaa..
Vommentnya jangan lupa
Dan maafkan kalau lama yaaaa
Alesannya karna aku ga bsa bikin yg sad" kayak gtu

Jadi seperti yg di infokan di awal cerita..
Aku punya temen yg cukup melankolis untuk bantu aku memunculkan detail" yg cukup menyayat hati karna aku ga bsa nulis yg sad begini 😂
Paling mentok aku bsa nulis angst tpi pasti happy end atau menggantung
Sooo aku mw ngucapin makasih banget sama Yavanna yg udah bantuin aku & mw jadi temen aku selama lbh dri 1 tahun 😆

Buat kalian yg suka crime boleh mampir ke work aku yg judulnya "The Puppet Master"
Work itu hasil kolaborasi aku dan Yavanna dan masih dalam tahap pengerjaan
Untuk "Unknown Feeling" juga masih dalam tahap pengerjaan near end.. soooo tolong bersabar ya

Seventeen Imagine [END]Where stories live. Discover now