𝐃𝐈 𝐁𝐀𝐋𝐈𝐊 𝐓𝐈𝐍𝐃𝐀𝐊𝐀𝐍

385 25 0
                                    

"𝑵𝒈𝒂𝒑𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂? 𝑻𝒆𝒓𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝒈𝒖𝒆 𝒑𝒖𝒏 𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒂𝒔𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑩𝑲. 𝑼𝒅𝒂𝒉 𝒏𝒈𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒆𝒌𝒖𝒆𝒏𝒔𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒖𝒆 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕𝒊 𝒍𝒂𝒈𝒊. 𝑺𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒌𝒆𝒓𝒊𝒃𝒖𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒂𝒏𝒄𝒊𝒏𝒈, 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒆 𝒍𝒂𝒅𝒆𝒏𝒊. 𝑨𝒌𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒆 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒓𝒂𝒔𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒎𝒑𝒂𝒍 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒖𝒂𝒕."

—𝑨𝒓𝒊𝒇 𝑺𝒂𝒎𝒖𝒅𝒓𝒂

—𝑨𝒓𝒊𝒇 𝑺𝒂𝒎𝒖𝒅𝒓𝒂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Masa paling menegangkan dalam enam bulan pembelajaran telah selesai dilewati. Samudra sendiri berhasil menuntaskan semua ujiannya langsung di sekolah. Hukuman skorsing atas dirinya—dan ketiga siswa lainnya—berhasil dibatalkan karena masukan dari Arsalan kala itu. Hukuman ikut ditangguhkan karena kasus masih ditunda.

Memasuki satu minggu sebelum pembagian rapot, kasus dugaan perundungan itu kembali dibuka di Gardapati. Pihak BK mengadakan kegiatan mediasi dengan menghadirkan seluruh pihak terkait beserta dengan orang tuanya. Terkecuali Arsalan, Samudra, dan Reza, yang hanya datang sendiri karena cukup dianggap sebagai saksi.

Kasus ini berujung damai dengan penyelesaian secara kekeluargaan. Keluarga Nadia sudah berbaik hati untuk memaafkan dan tidak melanjutkan perkara ini ke jalur hukum. Namun, para pelaku jelas mendapatkan hukuman yang setimpal dari pihak sekolah. Alfin, Reno, serta seorang teman wanitanya, diputuskan untuk menerima skorsing selama kurang lebih lima puluh hari. Hukuman awalnya bahkan hendak dikeluarkan dari sekolah, tapi mengingat mereka adalah siswa yang akan naik ke kelas dua belas, dan akan susah diterima lagi oleh sekolah lain, maka Gardapati memberikan keringanan.

Kesalahan mereka terbukti dengan begitu jelas, bukan hanya karena keterangan dari Nadia, tapi juga karena sesuatu yang dimiliki oleh Samudra. Ya, bukti penting yang ia buat secara tidak sengaja. Bukti rekaman yang datang dari ponselnya hanya karena iseng belaka.

Flashback ke hari kejadian. Pada saat Samudra baru mendengar suara tangisan dan rintihan itu, sejatinya ia langsung mengeluarkan ponsel. Niatnya adalah untuk merekam suara itu, apabila memang benar suara setan, maka ia akan menunjukkan rekaman itu kepada Arsalan dan Reza. Tapi, siapa sangka kekonyolannya itu akhirnya bisa menuntaskan sebuah kasus. Setelah menyadari bahwa itu adalah suara manusia, Samudra langsung mencari sumber suara dan lupa mematikan rekamannya. Hingga ponsel itu, merekam semua alur kejadian hingga tuntas.

Samudra yang mulanya lebih terancam, kini malah membuka titik terang. Ia tak hanya menyelamatkan citranya sendiri, tapi juga membersihkan nama IPS dari segenap pandangan rendah orang-orang. Mengemukakan pada dunia, bahwa kesalahan orang tidak dipandang dari prodinya. Sebaik apa pun siswa mayoritasnya, pasti tetap ada kecacatan di dalamnya.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Where stories live. Discover now