𝐒𝐔𝐑𝐀𝐓 𝐏𝐀𝐍𝐆𝐆𝐈𝐋𝐀𝐍

974 59 0
                                    

"𝑵𝒈𝒐𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒉𝒆𝒏𝒕𝒊 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒖𝒅𝒂𝒉, 𝑩𝒖. 𝑵𝒈𝒆𝒍𝒂𝒌𝒖𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒔𝒂𝒉."

- 𝑺𝒂𝒎𝒖𝒅𝒓𝒂 𝑴𝒂𝒉𝒂𝒘𝒊𝒓𝒂 -

🥀

Jam pelajaran pertama baru saja dimulai. Samudra bersama dengan ke tiga temannya sudah menduduki bangku masing-masing. Menyimak dengan ogah-ogahan pelajaran di depan sana. Padahal ini masih pagi, tapi semangat belajar mereka sudah menurun drastis. Kecuali, sesosok lelaki yang berada di sampingnya.

10 IPS 2, hanya diramaikan dengan suara sang guru yang sibuk menjelaskan. Anak-anak lain hanya terdiam, tidak ada pembahasan dua arah disini, membuat rasa bosan semakin menjadi.

Samudra mengedarkan pandangannya. Melihat ke kanan lalu ke kiri. Kemudian menatap suasana di luar kelas dengan hasrat ingin keluar yang begitu tinggi. Hingga tiba-tiba, seseorang yang datang di ambang pintu kelas, menarik habis perhatiannya.

Tok! Tok!

Jemari lentik itu mengetuk pintu. Membuat guru mata pelajarannya menoleh. Seolah bertanya dengan isyarat mata, ada apa?

"Maaf karena telah mengganggu kegiatan pembelajarannya, Bu," ucapnya sopan. "Saya kesini untuk memanggil Arif Samudra Mahawira agar berhadir ke ruang BK," sambung guru PPL itu membuat Samudra menghela nafas. Kalaupun tadi wanita itu hanya menyebut nama panggilan, mungkin Samudra akan langsung sadar diri. Karena tidak ada Samudra lain yang membuat onar di Gardapati ini.

Guru pengajar menoleh ke arahnya, bersamaan pula dengan Arsalan-temannya yang cukup budiman.

"BK lagi," lirihnya sembari melirik tajam.

"Silakan, Samudra." Suara Bu Guru datang beberapa saat setelah kalimat Arsalan. Samudra hanya mengangguk, kemudian menyempatkan diri untuk memberi senyum pasrah kepada teman sebangkunya.

Sembari berjalan ke depan, Samudra membatin dalam hati.

Syukur juga dipanggil ke BK, intinya ada alasan untuk keluar.

Otaknya memang sedikit tidak waras.

Lelaki itu terus menapak mengikuti jejak si guru PPL. Hingga tiba di depan ruang keramat itu dan masuk ke dalamnya. Seorang senior di bidang tersebut ternyata telah menunggunya.

"Duduk, Sam!" Perintahnya yang sama sekali tidak ramah.

"Kamu mulu yang kemari. Bosan saya lihatnya," tuturnya dengan kemarahan akut.

"Ya kalau bosan jangan dipanggil-panggil lagi dong, Bu," balas Samudra begitu nyeleneh. Bahkan ada seutas senyum di bibirnya.

"Makanya insaf! Jangan selalu melanggar aturan."

Sisi ruang BK sebenarnya tidak segelap ini. Bidang tersebut juga berperan untuk anak-anak baik dan pintar. Mereka seringkali melakukan bimbingan karir dan semacamnya. Namun di mata Samudra, BK hanyalah sebatas tempat kemarahan dan berbagai cerca dikeluarkan.

"Kali ini saya salah apa lagi, sih, Bu?" Tanya Samudra pasrah dan sok polos. Padahal di dalam pikirannya sudah tercetak alasan besar dan konsisten untuk pemanggilannya ke ruangan ini.

"Masih nanya. Kemarin satpam lihat kamu merokok lagi. Udah berapa kali saya bilangin, Samudra? Berhenti merokok! Dan jangan berani-beraninya merokok di area sekolah. Kamu nggak pernah baca apa, ya? Itu bertebaran hampir di seluruh sudut, Gardapati bebas asap rokok," ucapnya panjang lebar yang ditutup dengan sebaris slogan. Samudra mengaku sering membacanya, bahkan sampai muak.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Where stories live. Discover now