𝐃𝐈𝐀𝐋𝐎𝐆 𝐃𝐈𝐍𝐈 𝐇𝐀𝐑𝐈

330 33 1
                                    

Masa pertandingan semakin dekat, membawa Samudra pada latihan berat sesuai aturan main di klub mereka sejak awal. Waktu latihan berlangsung hingga dua kali lipat dari biasanya, memangkas sebagian masa belajar demi keberhasilan gemilang—katanya.

Dengan kondisi yang memang tidak baik-baik saja, Samudra cukup kewalahan dalam mengikuti rangkaian kali ini. Ia yang biasanya kuat kini harus menerima kenyataan, bahwa telah tumbang di hari ke lima pelatihan.

Bahkan dari hari-hari sebelumnya, tubuh Samudra sudah banyak menunjukkan sinyal siaga. Mulai dari dirinya yang terserang flu—katanya tertular dari rekan atletnya, membuktikan bahwa imunitas tubuhnya memang rendah hingga sangat rentan terpapar virus. Selalu kelelahan setiap pulang dari sekolah, suhu tubuh yang tidak stabil, dan yang paling fatal adalah intensitasnya mengalami sesak nafas semakin meningkat. Kelelahannya membawa kepada nyeri dada hingga kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.

Layaknya sore tadi, selepas Asar, saat Samudra sudah balik dari latihannya. Khansa masuk ke kamarnya dengan niat ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Khansa sempat heran, karena tidak menemui Samudra sesaat setelah membuka pintu.

"Mungkin lagi mandi." Khansa sempat berpikir positif. Meski harus dipatahkan dengan tidak terdengarnya suara air dari kamar mandi.

Wanita itu masuk lebih dalam, untuk mengetuk pintu kamar mandi guna memastikan. Tapi, belum tiba langkahnya di sana, Khansa lebih dulu dikejutkan dengan kondisi Samudra yang sudah terkapar di samping tempat tidurnya. Tinggi ranjang yang lumayan itu membuat tubuhnya tidak terlihat.

Khansa mencoba membangunkannya, tapi tak ada hasil yang bisa dituai. Tubuh Samudra sangat dingin bagaikan baru tertidur di atas balok es. Tak ingin mengambil risiko, Khansa langsung memanggil Pak Harun, meminta bantuannya untuk segera membawa Samudra ke rumah sakit.

Mereka langsung menuju ke rumah sakit tempat Dokter Adam bekerja. Syukurnya, Samudra dinyatakan tidak apa-apa. Hanya kelelahan, begitu katanya. Lelaki itu dibolehkan pulang, dengan catatan yang lebih keras lagi, yakni; agaknya kegiatan latihan itu membahayakan tubuhmu. Berhenti dulu untuk sementara waktu.

Samudra sudah diresepkan beberapa obat-obatan baru. Obat yang sudah diminumnya sehabis makan tadi dan membuatnya tertidur pulas sekarang.

Seperti biasa—di beberapa waktu belakangan—Khansa akan datang ke kamarnya. Duduk di sana dengan sebuah laptop di hadapannya. Ia akan menghabiskan setengah waktu malam untuk menyelesaikan tugas-tugas perusahaan, pun sekaligus untuk menjaga Samudra.

Kamar anak itu terletak di lantai dua, jauh jaraknya dengan kamar Khansa yang ada di lantai dasar. Sejak keadaannya semakin buruk, Khansa jadi takut membiarkan Samudra sendirian. Sedikit trauma juga bahwa suatu malam, Samudra tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Tidak ada orang yang menyambangi kamarnya kalau Samudra tak sempat menghubungi telepon rumah melalui ponselnya. Saat Khansa tiba, Samudra bahkan hampir kehilangan kesadarannya. Itu menjadi sebuah dasar, hingga Khansa memindahkan tempat bergadangnya—yang semula di ruang kerja, kini di kamar anaknya.

Hampir pukul satu malam, saat Khansa sudah tiba di lembaran akhir pekerjaannya. Saat ia sudah hendak berkemas dan keluar dari kamar Samudra, anak itu tiba-tiba menunjukkan sebuah pergerakan. Khansa langsung memfokuskan pandangannya ke sana, khawatir jika terjadi apa-apa. Namun nyatanya tidak, Samudra malah sedikit memicingkan mata—saat berbalik badan—menyadari keberadaan sang Bunda di dalam kamarnya.

"Bunda ngapain?" Tanyanya serak dengan nyawa yang belum habis terkumpul. Secara perlahan ia juga mendudukkan diri, menghadap ke pada bundanya yang duduk di sofa dekat jendela.

"Ada kerjaan sedikit. Kamu keganggu, ya?" Khansa bertanya hati-hati. Mungkinkah ketikan pada laptopnya terdengar lebih keras malam ini?

Samudra menggeleng lemah. "Arif nggak menyadari apa-apa kok. Nggak dengar apa pun. Bahkan baru tahu kalau Bunda ngerjain tugas di sini. Setiap malam?" Ia jadi penasaran.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Where stories live. Discover now