𝐃𝐈𝐀𝐋𝐎𝐆 𝐃𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐆𝐇𝐔𝐉𝐔𝐍𝐆 𝐒𝐄𝐍𝐉𝐀

429 31 1
                                    

𝑴𝒖𝒍𝒖𝒕 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒐𝒉𝒐𝒏𝒈, 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒌𝒖𝒍𝒊𝒕 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌.

—𝑨𝒍𝒛𝒂𝒎 𝑴𝒂𝒉𝒂𝒘𝒊𝒓𝒂

—𝑨𝒍𝒛𝒂𝒎 𝑴𝒂𝒉𝒂𝒘𝒊𝒓𝒂

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Sebuah mobil berwarna hitam mulai terparkir di garasi rumah Samudra. Dari pintu kemudi, turunlah seorang lelaki dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap. Di lengannya, ada sehelai jas hitam yang ikut tersampir.

Ia lebih dulu membuka sepatu, meletakkan pada rak yang semestinya. Barulah, sang kepala keluarga itu kembali memasuki rumah yang sudah lama ia tinggali. Seorang sosok penting yang selama ini tidak terlihat, akhirnya memunculkan wujudnya.

"Assalamu'alaikum," salamnya sambil memperhatikan area rumah yang tampak sepi. Butuh beberapa saat ia berdiri disana, hingga Mbak Iren berlari kecil dari dapur, untuk menyambut bos besarnya.

"Wa'alaikumussalam. Ya Allah, Pak Alzam! Bapak baru sampai? Mari duduk, Pak. Saya ambilkan minum, ya?" Tawarnya dengan agak tergesa.

"Eh, tidak usah, Mbak. Nanti saja saya buat sendiri kalau mau," tahannya atas gerakan Mbak Iren. Alzam menarik sebuah kursi di meja makan, lantas mendudukkan dirinya disana.

"Aqila dimana, Mbak? Sudah mendingan dia? Tujuan saya pulang juga karena dikabari bahwa Aqila sakit. Kaget saya pas dengar dia keracunan," jelas Alzam sekalian mengingat bagaimana kepanikan dirinya saat Khansa tiba-tiba menelepon.

"Sudah, Pak. Bukan lagi mendingan, bahkan sudah boleh dibilang sembuh. Aqila ada di kamarnya."

Alzam mengangguk. "Kalau Arif dimana? Belum pulang sekolah, ya?" Lanjut lelaki itu karena menyadari bahwa ini masih jam satu siang.

"Mas Arif juga di kamarnya, Pak."

"Loh, nggak sekolah? Belum masa libur, kan?" Alzam mengernyitkan keningnya.

Mbak Iren bergerak gelisah. "Memang belum libur, sih, Pak. Tapi ini lah masalahnya ..."

"Apa? Kenapa dengan Arif?" Dirinya semakin penasaran karena Mbak Iren menggantung kalimatnya.

"Giliran Aqila sembuh, malah Mas Arif yang ngedrop, Pak. Tadi pagi Mas Arif sekolah seperti biasanya, tapi pulang cepat karena udah nggak ada pelajaran lagi. Ini, kan, sudah menuju pembagian rapot, Pak. Waktu pulang itulah, Mas Arif pingsan di garasi," jelas Mbak Iren dengan nada yang sedikit berbisik di kabar terakhir.

Alzam spontan membulatkan matanya. "PINGSAN?! Arif pingsan?" Mendadak ia langsung berdiri. Begitu tak percaya mendengar kondisi seperti itu menimpa putra sulungnya.

"I-iya, Pak."

"Dia di kamar, kan? Biar saya cek dulu." Belum sempat Mbak Iren mengangguk, Alzam langsung berjalan cepat untuk tiba di lantai dua.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Where stories live. Discover now