𝐆𝐄𝐋𝐎𝐑𝐀 𝐄𝐌𝐎𝐒𝐈

387 34 0
                                    

⚠️ | Warning!

Mengandung banyak kata kasar dan sebagian perilaku tidak untuk ditiru. Pembaca diharap bijak🙏🏻

•••

Intensitas pertemuan Adhisti dan Samudra yang belakangan begitu sering, nyatanya tidak pernah luput dari pandangan Zevan. Dari sudut-sudut yang tidak terduga, ia selalu melihat gadisnya berdekatan dengan lelaki yang ia sebut hanya sekadar sepupu. Zevan mulai sangat marah, hatinya meradang panas, ketika Adhisti mengapit lengan Samudra dengan terang-terangan, saat mereka berjalan di koridor bersama Reza tempo hari.

Lelaki yang sejatinya tidak tahu apa-apa itu, tidak ingin ikut campur tapi mendadak dilibatkan, sekarang masih bisa berjalan santai sambil memainkan sebuah pemantik di tangannya. Koridor ini bisa disebut sebagai titik butanya para guru BK. Keberadaan koreknya ini tidak akan terdeteksi oleh siapa pun.

Reza berjalan sendiri kali ini, Samudra mengatakan ingin absen merokok dengan beberapa alasan konyolnya. Salah satunya yang disebutkan; ingin menemani Arsalan di kantin. Terserah Samudra saja.

Langkah santainya baru hendak bermanuver, tapi sebuah keributan di tengah lokasi sunyi itu menarik perhatiannya. Reza berhenti dengan dramatis, sebelah kakinya sedikit menggantung baru kemudian menyentuh lantai. Dirapatkannya tubuhnya pada tembok, serupa orang yang sedang mengintai musuh.

"Gue diemin malah makin ngelunjak, ya, lo? Itu yang lo bilang sepupu, hah? Semesra itu? Sekalian aja lo jadian sama si Samudra."

Prahara rumah tangga eloknya tak terjadi di lingkungan sekolah. Tapi, sebentar ... Monyet itu berkata apa barusan? Samudra?

Reza semakin dramatis. Pandangannya mendadak ditajamkan, dengan gerakan perlahan—dan tentunya sembunyi-sembunyi—ia mencuri pandang ke sumber suara. Hanya dua detik waktunya untuk merekam sosok siapa saja yang ada di sana, kemudian kembali pada posisi bersandarnya. Korek tadi ia simpan ke dalam saku, bersanding dengan buah cintanya—sebungkus rokok. Reza lanjut mengeluarkan ponsel. Makan siang Samudra kali ini tidak boleh diliputi ketenangan.

𝐒𝐄𝐌𝐔𝐃 𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐑𝐀𝐍𝐆

Woy, ke sini cepat

Udah gue bilang, gue nggak merokok hari ini. Nggak perlu ngehasut, ya, syaiton. Kalau mau buat dosa sendiri aja.

Sok suci lo, anying. Baru sekali nggak ngerokok banyak bacot.
Cepat ke sini, genting.
Si Adhisti ribut sama pacarnya.

Ah, masa? Tipu muslihat lo doang itu

Plak!

Niatnya ingin mengumpati Samudra, namun nama seekor binatang itu seketika melesat ke lain sasaran. Dalam hitungan detik, target makian itu berarah kepada Zevan, lelaki setengah iblis yang baru saja menampar pipi Adhisti. Bagaimana Reza bisa tau? Bertepatan dengan itu ia sedang mengintip untuk kedua kalinya.

ANJ, COK! TUH COWOK NAMPAR ADHISTII

Capslock tidak tertolong.

Makin menjadi drama lo. Mana berani dia main tangan di sekolahan.

Ini buktinya berani. CK! Lo niat datang nggak, sih?

Kalau emang iya, kenapa nggak lo aja yang lerai? Ini malah main hp. Kelihatan banget bohongnya.

Anak setan! Lama lo!
Anj!

Puas mengumpati Samudra—sejujurnya belum juga, ingatkan ia untuk memukul wajah Samudra setelah ini—Reza menyimpan ponsel dan langsung menghampiri mereka.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang