𝐏𝐄𝐑𝐓𝐄𝐌𝐔𝐀𝐍 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐈𝐍𝐀𝐍𝐓𝐈

555 32 0
                                    

Siang menjelang sore, sekitar pukul 15.00 WIB, Samudra melangkah masuk ke rumahnya. Jadwal latihan yang kosong membuat lelaki itu bisa lebih cepat tiba di tempat ternyamannya.

"Aqilaaa ..." Panggil Samudra riang ketika melihat gadis kecil itu sedang duduk di atas sofa, menonton tv, dan makan cemilan ditemani oleh pengasuhnya.

"Bang Arif," balasnya dengan senyuman manis yang membuat wajahnya begitu imut. Pandangannya terus diarahkan kepada Samudra hingga lelaki itu mendekat dan merangkul tubuh mungilnya.

"Makan apa?" Tanya Samudra basa-basi walau ia sudah tahu jawabannya hanya dengan melihat saja.

"Makan kue. Abang mau?" Tawarnya sambil berusaha mengambil kue itu dari dalam kemasannya. Kalau sudah begitu, tidak mungkin Samudra menolak, kan?

"Aaa ..." Dengan santai Samudra membuka mulutnya, isyarat minta disuapi oleh tangan mungil itu. Si gadis berekspresi girang, kemudian melakukan hal sesuai ekspektasi.

"Aqila beli jajan pas pulang sekolah?" Tanya Samudra pada sosok kecil yang sekarang baru menduduki kelas satu SD.

"Nggak. Aqila beli barusan."

"Barusan?" Samudra mengeryitkan dahi.

"Iya. Aqila baru pulang belanja sama Mbak Lina. Sama Mbak Iren juga," jelasnya sembari terus menghabiskan makanan itu.

Pandangan Samudra beralih kepada Mbak Lina, seorang pengasuh yang dihadirkan khusus untuk menjaga Aqila. Namun, sesekali juga akan mengurusi keperluan Samudra.

"Bukannya baru kemarin belanja mingguan ya, Mbak? Kok sekarang udah belanja lagi?" Karena seingat Samudra, masalah ini pun sudah diandil rapi oleh Mbak Iren-ART mereka.

"Iya, Mas, betul. Tapi, barusan belanja bahan kue. Permintaan ibu," ujar Lina memperjelas.

"Bunda pulang?"

"Iya." Aqila menyahut cepat. "Besok," sambungnya membuat Samudra mengangguk. Akhirnya, ada pertemuan juga walau hanya sebentar.

•••

Dengan jam yang sama, namun di hari yang berbeda. Samudra masih menetap di sekolahnya karena diagendakan untuk latihan renang. Ini hari Sabtu, hampir semua sekolah pastinya pulang cepat. Samudra bahkan menduga, Aqila sudah duduk manis di rumah sejak pukul dua belas tadi.

"Sabar, satu jam lagi," ujarnya pada diri sendiri. Biasanya ia juga tidak tertekan apabila pulang telat. Tapi untuk hari ini, ada kepulangan sang bunda yang sangat dinantikannya.

Untuk beberapa putaran lagi, Samudra harus tetap berlatih di dalam dinginnya air. Mengasah kelihaian gerak tangan dan kakinya. Ingat, dia adalah kandidat peserta yang akan diturunkan dalam sebuah event untuk mewakili SMA Gardapati.

Tepat ketika memasuki waktu Asar, latihan selesai, dan Samudra dibenarkan untuk kembali ke rumahnya. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke rumah jika kecepatan yang dipacu olehnya sampai melebihi batas rata-rata.

Bersamaan dengan Samudra yang masih mencuci kaki dan tangannya di depan rumah, di sisi lain, ada Aqila yang sedang heboh bersama dengan bundanya.

"Abang udah pulang, Qil. Sembunyi-sembunyi!" Pinta sang bunda sambil mendorong halus tubuh mungil itu. Ia dengan tampang yang begitu gemas langsung berlari kecil ke balik pintu. Tentu saja, diiringi pula oleh bundanya.

Klek!

"Assalamualaikum," salam Samudra yang kemudian baru hendak membalikkan badan untuk menutup pintu. Namun ...

"Kejutan!!" Teriakan Aqila benar-benar membuatnya tersentak, hingga spontan menggemakan istighfar.

Pintu yang tadi niatnya akan ditutup, tiba-tiba terabaikan begitu saja. Pandangan Samudra malah terfokus pada muka adiknya yang begitu cemong karena coletan tepung.

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 [✓]Onde histórias criam vida. Descubra agora