54

514 80 1
                                    

Sementara di tempat aku berada, aku berjalan memasuki sebuah ruangan yang gelap, tentu saja sambil menggendong kitab kesayanganku. Sesampainya di dalam, aku mendengar sebuah percakapan.

"Tuan Jellal, kenapa kau membiarkan para penyusup itu masuk?" tanya seorang yang memiliki rambut panjang.

Orang yang dipanggil dengan sebutan 'Tuan Jellal', yang terduduk di kursi yang terbilang seperti sebuah singgasana tersebut menjawab, "sudah kukatakan, ini semua adalah permainan. Mereka baru saja menyelesaikan tahap awal, begitulah."

"Sepertinya mulai seru," kata seorang berambut panjang tersebut.

Aku mengangguk-angguk paham dan bertepuk tangan. "Jadi seperti itu," kataku membuat mereka berdua terkejut dan menatapku penuh kewaspadaan.

"Aku tak menyangka, kau yang sampai di sini duluan, Vasilissa," kata Jellal memujiku. "Padahal permainan baru saja di mulai."

Ketika pria berambut panjang berniat menyerangku, aku langsung mengunci pergerakannya menggunakan sihir angin. "Diamlah di situ," kataku. "Hey, tenanglah, kenapa kalian menjadi tegang? Aku ke sini tidak untuk bertarung."

"Kau mau apa?" desis Jellal tak suka.

"Aku akan mengikuti permainanmu," kataku sambil berbalik menjauh. "Kita lihat siapa yang akan menang, Siegrain─ah tidak! Atau aku perlu memanggilmu dengan nama Jellal?"

Jellal begitu terkejut ketika aku mengetahuinya. "Sejauh mana kau mengetahuinya?" tanyanya.

"Kau mungkin bisa membodohi para anggota dewan tetapi tidak denganku, Jellal," jawabku sambil menyeringai.

"Kau!" geram Jellal kemudian menyerangku namun aku tiba-tiba saja tubuhku memudar dan menghilang, ia begitu terkejut melihatnya.

"Itu hanya ilusiku yang kubuat, tuan Jellal," kataku sambil tertawa pelan. Suaraku terdengar di seisi ruangan tersebut, membuat Jellal dan pria berambut panjang tersebut menoleh ke kanan-kiri mencariku. Namun tetap saja tidak menemukanku.

Aku memang sengaja tidak menunjukkan keberadaanku pada Jellal, karena itu tidak akan menarik nantinya. Aku yang bersembunyi di balik tembok langsung tersenyum kecil. Kemudian aku berjalan menjauh dan kembali menuju Natsu.

── oOo ──

Sementara di tempat Natsu, Lucy, Gray dan Juvia, mereka memasuki sebuah ruangan dan pertama kali yang mereka lihat ialah sebuah meja panjang dan besar. Di atasnya terdapat berbagai macam makanan yang tersusun dengan rapi.

Seperti biasa, Natsu langsung memakannya dengan rakus. Sementara Gray dan Juvia, mereka berdua langsung duduk di kursi dan memakan beberapa makanan di sana. Berbeda dengan Lucy, ia justru sweatdrop ketika melihatnya.

"(y/n)! Kepala kotak!" teriak Natsu.

"Jangan teriak-teriak!" protes Lucy pelan.

"Kita sudah terlalu banyak membuat kekacauan di sini, kita tak perlu lagi masuk diam-diam," kata Gray sambil memegang sepotong ayam dan memakannya.

"Kenapa kalian malah makan?" pekik Lucy.

"Sepertinya makanan sudah disiapkan. Silahkan, hime," kata Virgo mempersilahkan.

"Kalian ini..." tanggap Lucy sweatdrop.

"Pintu itu dioperasikan oleh sihir, jadi kita otomatis akan ketahuan," jelas Juvia.

"Lalu bagaimana..." kata Lucy.

"Mungkin mereka mempermainkan kita?" jawab Gray.

"Mempermainkan?" tanggap Lucy sambil berpikir.

Fairy Tail x Reader [DROP]Where stories live. Discover now