28

734 120 0
                                    

Mendengar apa yang dikatakan Gray sungguh membuat kami terkejut dan tidak percaya. Memangnya siapa yang akan percaya jika seorang manusia yang mengorbankan dirinya sendiri dan menjadi es demi menyegel seorang monster masih hidup? Sungguh hal yang mustahil.

"Eh?" tanya Lucy kaget.

"Ul masih hidup?" tanyaku.

Jelas-jelas itu suatu yang mustahil, pikirku.

"Apa maksudmu?" tanya Erza.

"Sepuluh tahun yang lalu, tempat tinggalku diserang Deliora. Tak sampai satu hari kota hancur lebur. Kebetulan, Ul dan Lyoan lewat dan menyelamatkanku. Itulah awal dari semuanya," kata Gray kemudian ia mulai menceritakan masa lalunya ketika bersama Ul dan Lyon. 

Aku hanya terdiam mendengarnya. Masa lalu yang lebih buruk dari pada punyaku, pikirku sambil menghela napas kemudian aku memegang pundak Gray dan tersenyum kepadanya.

"Tenang Gray, semuanya akan baik-baik saja," kataku menenangkannya. "Kau percaya padaku, kan?"

Gray terdiam memandangku kemudian ia mengangguk.

"Baiklah, kalau (y/n) sudah bilang seperti itu, semuanya pasti akan baik-baik saja," kata Erza. "Ayo kita kembali berjalan ke kuil bulan."

Kami semua melanjutkan perjalan kami menuju kuil bulan. Sesampainya tak jauh dari kuil bulan, kami semua terheran-heran melihat kuil yang awalnya bangunannya berdiri tegak tiba-tiba saja sudah berubah menjadi miring.

"Are? Etto... Kuilnya... Miring?" tanya Lucy sambil memiringkan kepalanya heran.

"Apa yang terjadi di sana?" tanya Happy yang ikut memiringkan kepalanya heran.

"Ulah Natsu," jawab Gray.

"Ya," kata Erza.

"Sepertinya begitu," kataku.

"Aku tidak tau bagaimana dia bisa melakukannya, tapi hal gila itu sudah pasti ulahnya," kata Gray. "Entah kebetulan atau di sengaja, dengan begini cahaya  bulan tidak bisa mencapai Deliora."

"Siapa yang mengira kalau naluri penghancurnya akan berguna," kata Lucy tak percaya.

"Aku sudah menebak hal ini akan terjadi," kata Happy.

Aku langsung menoleh ke arah semak-semak ketika menyadari akan ada yang menyerang kita dan sepertinya Erza juga menyadarinya, terbukti dari dia menoleh ke arah yang sama sepertiku.

"Awas!" seru Erza sambil mendorong Lucy dan Happy.

Aku, Erza dan Gray langsung menghindari serangan senjata yang dilemparkan ke arah kami.

"Siapa?" tanyaku.

Tiba-tiba saja munculah segerombol orang bertopeng yang biasanya melakukan upacara Moon Drip di hadapan kami.

"Ketemu, Fairy Tail!"

"Kami tidak akan membiarkan kalian menghalangi Reite-sama!"

"Orang-orang ini," kata Gray ketika melihat mereka.

"Pengikut Lyon?" tanya Erza.

"Mereka sudah mengepung kita!" kata Lucy terkejut.

"Aye!"

"Biar kuurus mereka," kata Erza kemudian mengeluarkan pedang sihir miliknya.

"Erza..." ucap Gray.

"Pergilah, Gray," kata Erza. "Selesaikan urusanmu dengan Lyon."

"Tidak apa-apa! Kami di sini juga untuk membantu, jadi pergilah!" kata Lucy sambil memegang cambuknya.

"Aye!" seru Happy.

"Kalian..." ucap Gray tak percaya. Namun kemudian ia tersenyum.

"Gray, aku ikut denganmu," kataku tiba-tiba.

"Eh?" tanya Lucy kaget. "Kenapa kau ikut, (y/n)?"

"Erza," panggilku menoleh ke arahnya.

Seakan paham dengan maksudku, Erza langsung menyetujuinya, "pergilah."

"Baiklah," kata Gray kemudian mulai berlari menuju ke tempat Lyon.

"Eh, tapi (y/n)!" seru Lucy panik. "Siapa yang akan menghajar mereka?!"

"Jadi itu maksudmu," tanggap Happy sweatdrop.

"Tenanglah, Lucy! Ada Erza, jadi kau akan baik-baik saja!" teriakku sambil berlari menyusul Gray.

── oOo ──

Sesampainya di dalam kuil bulan, tempat di mana aku merasakan keberadaan Natsu, Gray langsung memukul es yang menutupi tempat tersebut hingga hancur berkeping-keping.

"Gray?" kata Natsu terkejut. "Are? (y/n)?"

"Yo, Natsu!" sapaku.

"Natsu, tolong biarkan aku yang menghadapi orang ini," kata Gray sambil berjalan memasuki ruangan yang dipenuhi dengan es.

"Sialan, kau sudah pernah kalah sekali sama dia, kan?" kata Natsu.

Aku langsung memegang syal Natsu dan menariknya ke belakang.

"Apa yang kau lakukan, (y/n)," protes Natsu. "Aku mau menghajarnya!"

"Diamlah," kataku sambil menatapnya tajam.

"H-haik!" jawab Natsu sambil berkeringat.

"Kali ini, aku akan menang," kata Gray. "Ini sudah berakhir."

"Percaya diri sekali kau," celetuk Lyon.

"10 tahun yang lalu, Ul mati gara-gara aku," kata Gray membuat Lyon menatapnya serius. "Tapi, aku tidak bisa memaafkanmu karena menyakiti teman-temanku dan merusak desa, dan kau mencoba melelehkan es itu. Aku akan menghukummu karena melakukan semua itu, Lyon."

Kemudian Gray melakukan kuda-kuda dengan kedua tangannya di silangkan di depan.

"Kuda-kuda itu... Perisai Es!" kata Lyon terkejut.

"Oi, oi, Gray, kau pasti bercanda," kataku ketika memperhatikannya.

"Perisai Es?" tanya Natsu tak paham, namun tak lama kemudian ia terkejut mendengarnya.

"Apa kau sudah gila?" tanya Lyon pada Gray.

"Kembalikan penduduk desa seperti semula dan pergi dari pulau ini bersama seluruh anak buahmu! Ini kesempatan terakhirmu," kata Gray kemudian munculah lingkaran sihir di bawah kakinya.

"Jadi begitu, kau pikir bisa menakutiku dengan itu?" tanya Lyon. "Tidak berguna."

Tiba-tiba saja lingkaran sihir tersebut menyala dengan terang dan angin-angin di sekitarnya menjadi begitu dahsyat.

"Aku serius," kata Gray.

"Kau," kata Lyon sambil mengeluarkan sihirnya dan menyerang Gray namun ia terpental ke belakang.

"G-gray!" kata Natsu.

"Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, kenyataan bahwa aku membunuh Ul tidak akan berubah," kata Gray. "Aku tau aku harus bertanggung jawab dan hari ini adalah saatnya. "Aku sudah siap mati selama 10 tahun ini!"

"Kau serius?" tanya Lyon tak percaya.

"Jawab aku, Lyon!" seru Gray. "Apa kita akan hidup atau mati bersama?"

"Lakukan!" jawab Lyon sambil berteriak. "Kau tidak punya cukup keberanian untuk mati. Tidak mungkin kau melakukannya!"

"Sayang sekali," kata Gray memperkuat sihirnya.

"Gray!" seru Natsu.

"Hentikan, Gray!" seruku.

***

To be continued...


Fairy Tail x Reader [DROP]Where stories live. Discover now