3O

788 114 1
                                    

Aku yang tadinya sempat melemah karena mendengar suara Deliora, langsung dipapah oleh Gray dan menuju ruang bawah tanah. Setibanya di ruang bawah tanah, di tempat Deliora berada. Kami terkejut ketika melihat es yang menyegelnya telah menghilang. Kemudian, Gray langsung mendudukanku di salah satu bebatuan.

"Gray! (y/n)!" seru Natsu menghampiri kami sambil berjalan di atas bebatuan. "Kalian di sini?"

"Natsu!" tanggap Gray ketika melihat Natsu.

"Are, kau kenapa, (y/n)?" tanya Natsu padaku.

"Aku baik-baik saja," jawabku.

"Kita terpaksa melakukannya," kata Natsu. "Ayo kita hancurkan makhluk itu!"

"Kalian tidak akan bisa... Aku akan..." kata Lyon tiba-tiba sambil merangkak ke arah kami. "Aku akan jadi orang yang melampaui Ul!"

"Kau yang tak bisa," kata Natsu sambil menunjuk Lyon. "Tidur sana!"

Tiba-tiba saja Deliora kembali berteriak dengan sangat kencang.

"Akhirnya, kita bertemu lagi... Deliora!" kata Lyon sambil menatap Deliora kemudian ia mulai bangkit berdiri. "Satu-satunya monster yang tidak bisa dikalahkan oleh Ul. Dengan kedua tanganku, aku akan mengalahkannya! Aku sekarang akan melebihimu!"

Gray langsung memukul tengkuk Lyon hingga terjatuh. "Sudah cukup, Lyon," katanya kemudian ia melangkah ke arah Deliora. "Serahkan semuanya padaku sekarang. Aku akan menyegel Deliora!"

Gray langsung memasang kuda-kudanya dan menyilang kedua tangannya di depan. "Ice Shell!" seru Gray kemudian mengeluarkan sihirnya.

"Hentikan Gray!" seru Lyon. "Apa kau tau berapa lama aku untuk mencairkan es-nya? Sejarah hanya akan terulang lagi! Suatu hari aku akan melelehkan es-nya dan menghadapinya lagi!"

"Tak ada pilihan lain," kata Gray. "Sekarang hanya ini yang bisa kulakukan untuk menghentikannya!"

Natsu tiba-tiba saja berdiri di hadapan Gray. "Natsu!" kata Gray terkejut begitupun denganku.

"Aku akan bertarung!" putus Natsu.

Aku menghela napas dan tersenyum mendengarnya kemudian aku berjalan ke arah Natsu dan berdiri di hadapan Gray sambil menatap ke arah Deliora.

"Kalau begitu, aku juga," kataku.

Yah, walaupun sebenarnya tidak perlu benar-benar bertarung, pikirku terdiam.

"Minggir, Natsu, (y/n)!" teriak Gray. "Jangan menghalangiku!"

"Waktu itu aku menghalangimu karena aku tidak mau kau mati," kata Natsu membuat Gray tertegun. "Apa suaraku tak tersampaikan padamu? Terserah, lakukan saja sihirmu itu."

"Natsu..." tanggap Gray.

Tiba-tiba Deliora berteriak kembali. Tak lama kemudian ia melayangkan pukulannya ke arahku dan Natsu.

"Minggir!" teriak Gray.

Natsu langsung mengeluarkan api di tangan kanannya. "Aku tidak akan menyerah!" katanya sedikit berteriak, kemudian ia mulai memukul tangan Deliora.

Terjadi benturan dahsyat dan angin di sekitar mulai terasa panas. Tak lama kemudian, tubuh Deliora mulai retak dan hancur menjadi beberapa bagian.

"Apa? Itu bukan aku," kata Natsu heran sambil memandang ke arah kepalan tangannya.

"Nggak mungkin," kata Lyon tak percaya. "Tidak mungkin. Itu tidak mungkin!"

"Deliora sudah mati," kata Gray.

"Selama sepuluh tahun," ucapku tiba-tiba sambil memandang ke arah Deliora yang mulai berjatuhan. "Selama sepuluh tahun, Ul secara bertahap menyerap kehidupannya di dalam es. Ia ingin melihat kalian menghabisi Deliora."

Fairy Tail x Reader [DROP]Where stories live. Discover now